filsafat
Obral Ide
DAFTAR PUSTAKA
Frankl, Viktor F. Man’s search for meaning. New York: Simon and Schuster, 1962.
Menemukan Makna hidup dalam Penderitaan (Pengalaman Viktor E. Frankl)
Monday, November 25, 2019
0
Oleh : Albertus Dino
Quote Amor - Viktor E. Frankl adalah penulis-psikiater yang pernah mengalami pengalaman mengerikan karena kekejaman, penganiayaan, kelaparan, kedinginan, dan kemelaratan. Frankl menjadi tawanan selama tiga tahun di kamp konsentrasi Nazi. Di tempat ini, Frankl bersama para tahanan lainnya berjumpa dan merasakan kenyataan hidup yang sudah tidak lagi menghargai martabat manusia, segala sesuatu yang dimiliki para tahanan dirampas kecuali tubuh yang telanjang dan mengerikan. Dalam situasi seperti itu, Frankl berjuang untuk mempertahankan hidup dengan terus berusaha menyesuaikan diri dan mencari makna dari setiap situasi kehidupan (khususnya dalam penderitaan).
"Saya merasa ngeri, tetapi kemudian situasi itu berjalan baik karena perlahan-lahan kami harus terbiasa dengan kengerian yang menakutkan dan luar biasa," ungkapnya
Pengalaman itu menghantarnya pada sebuah permenungan tentang makna hidup. Apa sebenarnya makna dari semua perjuangan hidup manusia. Kenapa manusia berjuang mempertahankan hidupnya? Frankl menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini ketika dia mengalami penderitaan bersama tahanan lain di kamp konsentrasi nazi. Dari pengalaman hidup di kamp konsentrasi Nazi, Frankl mengelompokkan dua ras manusia di dunia ini yaitu “ras baik” dan “ras buruk”.
Dua ras manusia itu dapat ditemukan di mana-mana, dalam setiap kelompok masyarakat. Dalam bukunya, man’s search for meaning, Frankl menguraikan teori kepribadian logoterapi dengan mengangkat pengalaman pribadinya di kamp konsentrasi Nazi. Di tempat ini, Frankl mengalami sendiri bagaimana mempertahankan hidup di bawah tekanan dan kekejaman Nazi. pengalaman itu kemudian menjadi salah satu sumber gagasannya mengenai hakikat manusia dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki manusia untuk memberikan makna pada kehidupan.
Manusia menurut Viktor E. Frankl
Frankl mengembangkan teori kepribadian logoterapi bercorak eksistensial-humanisme yang berorientasi pada masa depan kehidupan manusia yang lebih berharga dan bermakna. Logoterapi merupakan psikoterapi yang memusatkan pada upaya pencarian makna hidup. Dalam logoterapi, seseorang (pasien) akan dihadapkan dan diorientasikan pada makna hidupnya. Dengan menyadari makna hidup, orang dibantu untuk meningkatkan kemampuannya mengatasi neurosisnya.
Pengalaman di kamp konsentrasi Nazi membantu Frankl menemukan tiga fase yang dilalui manusia (khususnya para tahanan) sebagai reaksi mental terhadap kehidupan di kamp konsentrasi, yaitu: fase awal, ketika tahanan mulai masuk ke kamp konsentrasi. Gejala mental yang menandai fase ini adalah shock (terguncang jiwanya). Fase kedua, ketika para tahanan mulai menjalankan kehidupan di kamp. Gejala yang muncul sebagai reaksi mental pada fase ini adalah apatis yang merupakan mekanisme untuk mempertahankan hidup. Fase ketiga, kehidupan para tahanan setelah dibebaskan. Gejala mental yang muncul pada fase ini adalah perasaan kecewa, karena kenyataan di luar kamp konsentrasi sangat berbeda dari impiannya. Ketiga fase ini menggambarkan situasi umum dinamika kehidupan manusia yang senantiasa berpengaruh dengan lingkungan dan sikap manusia sangat menentukan dalam menghadapi situasi itu.
Baca juga :
Kebebasan spiritual itu merupakan suatu komponen yang penting untuk kelangsungan hidup. Lebih lanjut, Frankl percaya, “beberapa bentuk gangguan (neurosis noogenik) disebabkan oleh kegagalan penderita untuk menemukan makna dan rasa tanggung jawab dalam kehidupan.” Hal itu menunjukkan bahwa manusia sendiri yang menciptakan dan menemukan makna hidup itu dengan sebuah “kesadaran bahwa hidup mempunyai makna” dan tidak kehilangan harapan. Frankl menguraikan tiga asumsi kodrat manusia yang memungkinkan manusia dapat menemukan makna hidupnya
Kebebasan berkehendak
Frankl menentang para psikolog dan psikoterapi yang menyatakan bahwa manusia ditentukan oleh kondisi biologis, konflik-konflik masa kanak-kanak atau kekuatan lain dari luar dirinya. Menurut Frankl, “setiap manusia pada dasarnya dapat menentukan apa yang akan terjadi pada dirinya—baik secara mental dan spiritual—bagaimana pun kondisinya saat itu. Orang dapat mempertahankan martabatnya sebagai manusia meskipun hidup di dalam kamp konsentrasi.” Misalnya, ketika Frankl diberi kesempatan untuk memilih berangkat ke “kamp istirahat” atau tetap tinggal bersama teman-temannya di kamp Auschwitz.
Frankl bergulat dengan dirinya sendiri dan akhirnya dia memilih untuk tetap bersama teman-temanny. Frankl juga menemukan kemampuan manusia dalam mempertahankan hidup dengan meningkatkan “kehidupan spritual,” berimajinasi, membayangkan sosok (istri) yang dicintai, membayangkan keindahan alam dan seni, dan membuat humor.” Frankl menunjukkan sangat jelas bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sikap secara sadar dan bertanggungjawab untuk menemukan jawaban-jawaban pada semua permasalahan hidup dan menyelsaikan semua tugas hidup tersebut.
Keinginan akan makna
Frankl menemukan kearifan dalam kata-kata Nietzche yang berbunyi, “Dia yang memiliki mengapauntuk hidup, dapat menghadapi hampir semua bagaimana” (He who has a why to live for can bear almost any how). Upaya manusia untuk mencari makna hidup merupakan motivasi utama dalam hidupnya, dan bukan “rasionalisai sekunder”. Makna hidup setiap orang itu unik, berbeda dan hanya dapat dipenuhi oleh orang bersangkutan, artinya, orang dapat menemukan arti yang dapat memuaskan keinginan orang tersebut untuk mencari makna hidup.
Di dalam kamp konsentrasi Nazi, orang dapat menyaksikan tahanan yang sadar akan adanya tugas yang sedang menunggu mereka, kemungkinan besar dapat bertahan hidup. Frankl menceritakan pengalamannya ketika salah satu naskahnya dihancurkan di Auschwitz. Dia kemudian mempunyai kerinduan yang sangat kuat untuk menuliskan kembali naskah itu. Hal ini meyakinkan Frankl bahwa upayanya untuk menulis kembali naskah yang hilang di tengah kekejaman di kamp konsentrasi Nazi membuatnya mengatasi semua kesulitan yang dihadapi di beberapa kamp. Oleh karena itu, tujuan hidup manusia adalah menemukan makna hidup yang menjadi motivasi dasar dalam melakukan berbagai aktivitas agar hidupnya berarti dan berharga.
Makna Hidup
Menurut Frankl, “makna hidup dapat ditemukan oleh setiap orang dalam setiap situasi kehidupannya, termasuk pada saat mengalami penderitaan, bahkan kematian”, karena setiap orang bebas menentukan caranya sendiri dalam menemukan dan menciptakan makna hidup itu. Setiap manusia mempunyai pekerjaan dan misi untuk menyelsaikan sebuah tugas khusus dan kesempatan unik untuk menyelsaikannya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang bertanggungjawab terhadap hidupnya dan makna hidup itu bersifat personal, temporal, dan unik pada setiap orang.
Manusia dapat memberikan makna pada kehidupan dengan kreativitas dalam bidang kehidupan, misalnya Frankl bertindak sebagai dokter ketika masih di kamp konsentrasi untuk membantu teman-temannya. Menurutnya, tindakan itu lebih bermanfaat daripada tidak melakukan apa-apa. Dengan mengalami sesuatu atau melalui seseorang juga dapat memberikan makna pada kehidupan, misalnya menemukan kebenaran, keindahan dan cinta. Di samping pengalaman hidup, cara manusia menyikapi kenyataan hidup juga sangat penting karena kenyataan hidup tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia seperti penyakit, penderitaan atau kematian. Sikap menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian merupakan pilihan yang memberikan makna pada segala situasi kehidupan.
Kesimpulan
Manusia pada dirinya sendiri memiliki kemampuan untuk menemukan makna hidup pada setiap situasi kehidupan. Namun hal itu sangat dibutuhkan kesadaran dan keterbukaan untuk menerima dan mempertanggungjawabkan. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang. Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan, dan memenuhi makna dan tugas hidupnya. Hidup yang bermakna dapat diperoleh dengan mewujudkan kreativitas, belajar dari pengalaman hidup, dan sikap menerima kenyataan yang terjadi.
Manusia memiliki kapasitas untuk mengubah aspek-aspek hidup yang negatif menjadi sesuatu yang positif atau konstruktif, artinya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan secara optimis dari setiap situasi. Sikap optimis memungkinkan manusia untuk mengubah penderitaan menjadi keberhasilan dan kesuksesan, mengubah rasa bersalah menjadi kesempatan untuk mengubah diri sendiri ke arah yang lebih baik, dan mengubah ketidakkekalan hidup menjadi dorongan untuk bertindak dengan penuh tanggung jawab. Oleh karena itu, eksistensi manusia ditandai oleh spiritual, kebebasan dan tanggungjawab.
"Saya merasa ngeri, tetapi kemudian situasi itu berjalan baik karena perlahan-lahan kami harus terbiasa dengan kengerian yang menakutkan dan luar biasa," ungkapnya
Pengalaman itu menghantarnya pada sebuah permenungan tentang makna hidup. Apa sebenarnya makna dari semua perjuangan hidup manusia. Kenapa manusia berjuang mempertahankan hidupnya? Frankl menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini ketika dia mengalami penderitaan bersama tahanan lain di kamp konsentrasi nazi. Dari pengalaman hidup di kamp konsentrasi Nazi, Frankl mengelompokkan dua ras manusia di dunia ini yaitu “ras baik” dan “ras buruk”.
Dua ras manusia itu dapat ditemukan di mana-mana, dalam setiap kelompok masyarakat. Dalam bukunya, man’s search for meaning, Frankl menguraikan teori kepribadian logoterapi dengan mengangkat pengalaman pribadinya di kamp konsentrasi Nazi. Di tempat ini, Frankl mengalami sendiri bagaimana mempertahankan hidup di bawah tekanan dan kekejaman Nazi. pengalaman itu kemudian menjadi salah satu sumber gagasannya mengenai hakikat manusia dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki manusia untuk memberikan makna pada kehidupan.
Manusia menurut Viktor E. Frankl
Frankl mengembangkan teori kepribadian logoterapi bercorak eksistensial-humanisme yang berorientasi pada masa depan kehidupan manusia yang lebih berharga dan bermakna. Logoterapi merupakan psikoterapi yang memusatkan pada upaya pencarian makna hidup. Dalam logoterapi, seseorang (pasien) akan dihadapkan dan diorientasikan pada makna hidupnya. Dengan menyadari makna hidup, orang dibantu untuk meningkatkan kemampuannya mengatasi neurosisnya.
Pengalaman di kamp konsentrasi Nazi membantu Frankl menemukan tiga fase yang dilalui manusia (khususnya para tahanan) sebagai reaksi mental terhadap kehidupan di kamp konsentrasi, yaitu: fase awal, ketika tahanan mulai masuk ke kamp konsentrasi. Gejala mental yang menandai fase ini adalah shock (terguncang jiwanya). Fase kedua, ketika para tahanan mulai menjalankan kehidupan di kamp. Gejala yang muncul sebagai reaksi mental pada fase ini adalah apatis yang merupakan mekanisme untuk mempertahankan hidup. Fase ketiga, kehidupan para tahanan setelah dibebaskan. Gejala mental yang muncul pada fase ini adalah perasaan kecewa, karena kenyataan di luar kamp konsentrasi sangat berbeda dari impiannya. Ketiga fase ini menggambarkan situasi umum dinamika kehidupan manusia yang senantiasa berpengaruh dengan lingkungan dan sikap manusia sangat menentukan dalam menghadapi situasi itu.
Baca juga :
- Levinas dan Sartre :Keunikkan menyadarkan keterbatasan
- Belajar Filsafat Buat Kamu Jadi Ateis?
- Menemukan Alasan Kenapa Harus Beragama dan Beriman
Kebebasan spiritual itu merupakan suatu komponen yang penting untuk kelangsungan hidup. Lebih lanjut, Frankl percaya, “beberapa bentuk gangguan (neurosis noogenik) disebabkan oleh kegagalan penderita untuk menemukan makna dan rasa tanggung jawab dalam kehidupan.” Hal itu menunjukkan bahwa manusia sendiri yang menciptakan dan menemukan makna hidup itu dengan sebuah “kesadaran bahwa hidup mempunyai makna” dan tidak kehilangan harapan. Frankl menguraikan tiga asumsi kodrat manusia yang memungkinkan manusia dapat menemukan makna hidupnya
Kebebasan berkehendak
Frankl menentang para psikolog dan psikoterapi yang menyatakan bahwa manusia ditentukan oleh kondisi biologis, konflik-konflik masa kanak-kanak atau kekuatan lain dari luar dirinya. Menurut Frankl, “setiap manusia pada dasarnya dapat menentukan apa yang akan terjadi pada dirinya—baik secara mental dan spiritual—bagaimana pun kondisinya saat itu. Orang dapat mempertahankan martabatnya sebagai manusia meskipun hidup di dalam kamp konsentrasi.” Misalnya, ketika Frankl diberi kesempatan untuk memilih berangkat ke “kamp istirahat” atau tetap tinggal bersama teman-temannya di kamp Auschwitz.
Frankl bergulat dengan dirinya sendiri dan akhirnya dia memilih untuk tetap bersama teman-temanny. Frankl juga menemukan kemampuan manusia dalam mempertahankan hidup dengan meningkatkan “kehidupan spritual,” berimajinasi, membayangkan sosok (istri) yang dicintai, membayangkan keindahan alam dan seni, dan membuat humor.” Frankl menunjukkan sangat jelas bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sikap secara sadar dan bertanggungjawab untuk menemukan jawaban-jawaban pada semua permasalahan hidup dan menyelsaikan semua tugas hidup tersebut.
Keinginan akan makna
Frankl menemukan kearifan dalam kata-kata Nietzche yang berbunyi, “Dia yang memiliki mengapauntuk hidup, dapat menghadapi hampir semua bagaimana” (He who has a why to live for can bear almost any how). Upaya manusia untuk mencari makna hidup merupakan motivasi utama dalam hidupnya, dan bukan “rasionalisai sekunder”. Makna hidup setiap orang itu unik, berbeda dan hanya dapat dipenuhi oleh orang bersangkutan, artinya, orang dapat menemukan arti yang dapat memuaskan keinginan orang tersebut untuk mencari makna hidup.
Di dalam kamp konsentrasi Nazi, orang dapat menyaksikan tahanan yang sadar akan adanya tugas yang sedang menunggu mereka, kemungkinan besar dapat bertahan hidup. Frankl menceritakan pengalamannya ketika salah satu naskahnya dihancurkan di Auschwitz. Dia kemudian mempunyai kerinduan yang sangat kuat untuk menuliskan kembali naskah itu. Hal ini meyakinkan Frankl bahwa upayanya untuk menulis kembali naskah yang hilang di tengah kekejaman di kamp konsentrasi Nazi membuatnya mengatasi semua kesulitan yang dihadapi di beberapa kamp. Oleh karena itu, tujuan hidup manusia adalah menemukan makna hidup yang menjadi motivasi dasar dalam melakukan berbagai aktivitas agar hidupnya berarti dan berharga.
Makna Hidup
Menurut Frankl, “makna hidup dapat ditemukan oleh setiap orang dalam setiap situasi kehidupannya, termasuk pada saat mengalami penderitaan, bahkan kematian”, karena setiap orang bebas menentukan caranya sendiri dalam menemukan dan menciptakan makna hidup itu. Setiap manusia mempunyai pekerjaan dan misi untuk menyelsaikan sebuah tugas khusus dan kesempatan unik untuk menyelsaikannya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang bertanggungjawab terhadap hidupnya dan makna hidup itu bersifat personal, temporal, dan unik pada setiap orang.
Manusia dapat memberikan makna pada kehidupan dengan kreativitas dalam bidang kehidupan, misalnya Frankl bertindak sebagai dokter ketika masih di kamp konsentrasi untuk membantu teman-temannya. Menurutnya, tindakan itu lebih bermanfaat daripada tidak melakukan apa-apa. Dengan mengalami sesuatu atau melalui seseorang juga dapat memberikan makna pada kehidupan, misalnya menemukan kebenaran, keindahan dan cinta. Di samping pengalaman hidup, cara manusia menyikapi kenyataan hidup juga sangat penting karena kenyataan hidup tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia seperti penyakit, penderitaan atau kematian. Sikap menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian merupakan pilihan yang memberikan makna pada segala situasi kehidupan.
Kesimpulan
Manusia pada dirinya sendiri memiliki kemampuan untuk menemukan makna hidup pada setiap situasi kehidupan. Namun hal itu sangat dibutuhkan kesadaran dan keterbukaan untuk menerima dan mempertanggungjawabkan. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang. Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan, dan memenuhi makna dan tugas hidupnya. Hidup yang bermakna dapat diperoleh dengan mewujudkan kreativitas, belajar dari pengalaman hidup, dan sikap menerima kenyataan yang terjadi.
Manusia memiliki kapasitas untuk mengubah aspek-aspek hidup yang negatif menjadi sesuatu yang positif atau konstruktif, artinya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan secara optimis dari setiap situasi. Sikap optimis memungkinkan manusia untuk mengubah penderitaan menjadi keberhasilan dan kesuksesan, mengubah rasa bersalah menjadi kesempatan untuk mengubah diri sendiri ke arah yang lebih baik, dan mengubah ketidakkekalan hidup menjadi dorongan untuk bertindak dengan penuh tanggung jawab. Oleh karena itu, eksistensi manusia ditandai oleh spiritual, kebebasan dan tanggungjawab.
DAFTAR PUSTAKA
Frankl, Viktor F. Man’s search for meaning. New York: Simon and Schuster, 1962.
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment