Cerita Perjuangan Pater Laaper, MSC yang Meninggal Dunia Karena Tenggelam di Sungai Uta – Mimika
Riwayat Singkat
Terlahir dengan nama lengkap Pater Jhonanes Laaper, MSC, lahir di Belanda pada 11 Januari 1914. Terlahir dari pasangan suami-istri yang sangat taat pada ajaran Gereja Katolik. Ayahnya seorang pegawai dalam suatu instansi pemerintah Belanda.
Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Pater Laaper, MSC (sapaan
akrabnya), tumbuh dan besar dalam keluarga, dengan didikan yang penuh
kasih. Masa pendidikan dihabiskan di Belanda bersama saudara-saudarinya. Pada
masa kecilnya, benih-benih panggilan menjadi imam sudah nampak. Tak heran suatu
kelak Laaper muda ini akan menjadi seorang imam dalam kongregasi MSC.
Pada suatu kesempatan, ia akhirnya memutuskan untuk menjadi biarawan dalam kongregasi MSC. Pater Laaper, MSC menjalani masa novisiatnya pada tahun 1929 di Belanda. Satu tahun kemudian, yakni pada tahun 1930 ia mengucapkan profesi meriah dalam Kongregasi MSC.
Sebagaimana lazimnya seseorang yang ingin menjadi
Imam dalam Gereja Katolik dituntut untuk mengikuti pendidikan Filsafat dan
Teologi, maka Pater Laaper, MSC mengikuti pendidikan itu hingga selesai pada
waktunya. Pada tanggal 21 September 1933, ia dengan langkah yang kuat
mengucapkan kaul kekal. Bersama ke-21 konfraternya.
Empat
tahun pasca kaul kekal, dengan tekat dan panggilan yang kuat dari Tuhan, Pater
Laaper, MSC ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 07 Agustus 1938. Mula-mula ia
bertugas sebagai pastor di Belanda, sebelum akhirnya ia ditugas oleh
Kongregasi MSC untuk menjadi Misionaris di Papua. Dengan perjalanan yang
begitu panjang akhirnya ia tiba di Uta - Mimika Barat Tengah pada 01 April
1940. Setelah berkarya kurang lebih dua tahun akhirnya ia menemukan ajalnya
dengan mati tenggelam pada 28 Oktober 1942 (dalam suasana Perang Dunia II) di
Sungai Uta.
Dikisahkan tentang kematiannya sebagai berikut: Akhir bulan Juli 1942 Pater Laaper, MSC menerima surat dari Pater Tillemans, MSC yang memberi perintah agar Pater Laaper, MSC untuk pergi ke Daerah Paniai lewat kampung Koprapoka (untuk menghindari kepungan dan penangkap misionaris Katolik oleh tentara Jepang). Tetapi Pater Laaper, MSC tidak berhasil ke sana lewat jalan itu.
Maka ia pergi ke Kampung Uta, dengan maksud dari sana ia dapat langsung berangkat ke Paniai. Ia dihantar oleh beberapa warga yang bersedia membantunya memikul barang-barang bawahannya. Setelah berjalan kaki selama satu hari, ia ditinggalkan oleh orang-orang yang berjalan bersamanya. Tanpa orang-orang ini, mustahil atau kemungkinan kecil untuk ia dapat sampai ke Paniai.Tak
mengherankan tanpa pengantarnya, ia akhirnya membuat rakit seadanya dari
kaleng-kaleng kosong yang ada padanya. Dengan rakit itu ia mulai hanyut
mengikuti arus sungai Uta. Ketika rakit itu menemukan arus terjal yang kuat,
maka tak heran rakit terbalik dan Pater Laaper, MSC jatuh dalam arus deras,
lalu meninggal dunia.
Beberapa
hari kemudian, jenazahnya ditemukan dan dimakamkan di tepi sungai Uta oleh
beberapa guru katekis asal Kei, serta polisi Katolik yang bersedia membantu
pekerjaan itu. Dikemudian hari, kerangka dari Pater Laaper, MSC dipindahkan ke
pemakaman umum Kokonau, tepatnya di Pemakaman umum kampung Apuri. Belum lama ia
berkarya di Papua, akhirnya ia harus kembali kepada Tuhan dalam usia yang
relatif muda.
Sumber :
1. Cerita Sejarah Gereja Katolik di Kei
dan di Irian Barat.
2. Ichtisar Kronologis Sejarah Gereja
Katolik Irian Barat Jilid II.
3. Sejarah Gereja Katolik Irian Selatan
(Keuskupan Agung Merauke) 1999.
4. Jan Sloot, "Fransiskan Masuk
Papua", Jilid I 2012.
5. Cerita beberapa Orang tua, dalam suatu
kesempatan berkunjung ke Kokonau, akhir tahun 2022.
Oleh Sdr.
Vredigando Engelberto Namsa, OFM
Biarawan
Fransiskan Provinsi Fransiskus Duta Damai Papua
Leave Comments
Post a Comment