Kedamaian Aku dan Kamu: Jalan Menuju Perdamaian Dunia
Frater Maryo Senap - Calon Imam Keuskupan Jayapura |
Quote Amor - Kedamaian aku dan kamu adalah jalan menuju perdamaian dunia. Karena perdamaian merupakan suatu keadaan yang sangat diperlukan dalam kehidupan bersama sebagai satu bangsa. Damai menjadi sangat penting karena setiap orang membutuhkannya, dan damai itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bersama, di mana yang berperan di dalamnya adalah setiap orang, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Elemen-elemen ini mempunyai peran yang sangat besar untuk mewujudkan perdamaian itu.
Namun pertanyaannya adalah bagaimana mewujudkan perdamaian itu? Atau perdamaian seperti apa yang orang butuhkan? Fakta menunjukkan bahwa banyak orang yang tidak berada dalam damai, merasa hidupnya terancam terus, tidak mengalami kebahagiaan karena hidup selalui dihantui oleh ketakutan-ketakutan.
Keadaan-keadaan itu membuat orang terus bertanya dan mencari kedamaian itu. Namun orang sulit membedakan antara kedamaian batin (roh) yang sifatnya positif dan kedamaian semu atau duniawi yang sifatnya merusak. Orang ingin berdamaian tetapi tidak peduli dengan yang lain sehingga orang menjadi agresif dan bertindak negatif.
Kita dan Kedamaian
Saya sungguh merasakannya. Biasanya saya mencari ketenangan dan di situ, saya berharap bisa berdamai dengan diri sendiri dan situasi yang ada. Namun kenyataannya terbalik, susah mendapatkan ketenangan di tengah kenyataan dunia ini. Karena ketenangan tidak ada maka damai susah didapatkan. Apalagi, untuk mendapatkan kedamaian batin. Hidup damai dan saling mengasihi merupakan kerinduan semua manusia yang hidup di bumi ini.
Dengan terciptanya kedamaian, maka kelangsungan hidup manusia pasti berjalan dengan baik. Kerinduan untuk hidup dalam damai terlihat jelas dari berbagai usaha manusia untuk menciptakan perdamaian itu. Damai dan bahagia, rupanya bunga bersemi di ladang. Bunga bersemi tanpa ladang, rasanya percuma. Begitu juga, damai tanpa bahagia, tetaplah percuma. Dua pasangan kekasih, yang hendak kawin. Namun, belum ada kesempatan. Kesempatan hilang diterjang badai.
Dengan demikian untuk mewujudkan kedamaian dalam hidup bersama, orang harus memiliki pemahaman bahwa setiap orang memiliki martabat yang sama sebagai ciptaan Allah. Jika kita menghargai yang lain sebagai citra Allah maka dengan sendirinya kita akan mengalami kedamaian itu.
Kita mungkin memahami makna kata damai itu sebagai hidup dalam keadaan tanpa perasaan takut, gugup, dan susah, seperti situasi yang terjadi pada masa pandemik ini. Memang tampaknya damai, orang bisa hidup berdampingan tetapi kehadiran virus corona telah menciptakan ketakutan tersendiri bagi banyak orang, takut berjumpa dengan orang lain.
Oleh karena itu, kata damai yang selalu diungkapkan oleh setiap orang itu tampaknya hanya sebuah khayalan, impian atau cita-cita karena damai itu cenderung hanya dialami oleh sebagian orang saja.
Lalu bagaimana mewujudkan perdamaian itu bagi semua orang? Mungkin yang paling utama adalah setiap orang harus mempunyai kesadaran bahwa untuk mendapatkan kedamaian bagi dirinya sendiri, dia terlebih dahulu menghargai yang lain, memberikan apa yang menjadi hak orang lain. Kalau setiap orang bisa bertindak seperti itu maka perdamaian itu bisa terwujud.
Selain itu juga, orang harus menyadari bahwa setiap manusia memiliki martabat yang sama. Itu berarti setiap orang mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai manusia, tidak boleh ada yang menindas dan ditindas. Memang setiap orang mempunyai karakter yang berbeda-beda tetapi perbedaan itu tidak bermaksud untuk saling menindas melainkan sebuah kekuatan untuk saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu, dialog merupakan instrumen yang baik untuk mewujudkan kehidupan bersama yang damai.
Dialog dan perdamaian
Dr. Nelius Tebai, Pr, Imam Projo Keuskupan Jayapura pernah mengatakan bahwa dialog merupakan jalan untuk mewujudkan hidup yang damai, khususnya di tanah Papua ini. Tanpa dialog, persoalan di tanah Papua tidak akan diselesaikan dengan baik. Dialog itu menjadi sangat urgen untuk membuka hati setiap orang agar berjuang bersama untuk mengganti kekerasan dengan perdamaian.
Dialog menjadi kekuatan bersama untuk membangun ketenteraman, kenyamanan, dan kedamaian bagi kehidupan umat yang mendiami bumi ini (khususnya di tanah Papua) agar perbedaan tidak harus dilihat sebagai pertentangan, apa lagi permusuhan.
Dalam konteks Papua, peran Gereja dan tokoh agama lain sangat dibutuhkan untuk menjadi mediator agar mempersatukan umat dari perbedaan suku, agama, dan golongan yang kaya dan miskin. Karena itulah peran profetis Gereja dan agama-agama, menciptakan perdamaian dalam kehidupan bersama sebagai satu keluarga yang memiliki martabat yang sama.
Peran Gereja mewujudkan perdamaian dunia
Dewasa ini kita hidup dalam zaman globaliasasi yang penuh persaingan. Kita diharapkan mampu mempertahankan iman kita di tengah dunia penuh persaingan. Dengan melibatkan diri secara penuh dalam kehidupan iman umat. Secara khusus kita terlibat secara aktif untuk membangun dan membela keadilan sosial dan perdamaian.
Kita hendaknya mempunyai ketegasan dan keberanian untuk membela keadilan bila ada ketidakadilan, mempertahankan kebenaran bila ada penyesatan. Semuanya ini dapat tercapai, jika kita memiliki komitmen yang teguh, yang dibangun atas dasar cinta Kristus. Sebab dalam cinta Kristuslah, kita diperdamaikan dengan Allah. Damai itu indah, jika kita mengalaminya. Oleh karena itu, tugas utama Gereja yaitu membawa damai bagi semua orang.
Di mana kita berada, di situ kita membagikan damai, agar semua orang dapat merasakan kehadiran Kristus dalam kehidupan mereka. Dalam perutusan ketujuh puluh murid, Yesus berkata, “dan di situ jikalau ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal di atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu akan kembali kepadamu” (Luk.10:6).
Orang yang menerima salam itu berarti menjadi pengikut-Nya. Kita bisa bertanya kepada diri kita sendiri, kenapa saya tidak selalu mendapatkan damai? Padahal saya sudah menjadi pengikut Kristus. Kedamaian itu tidak cukup hanya menjadi pengikut Kristus. Kedamaian juga tidak perlu dicari. Kedamaian tidak datang dari orang lain melainkan dari Tuhan sendiri yang berbicara melalui hati nurani kita masing-masing. Dan hal itu sungguh benar bahwa Tuhan adalah sumber damai.
Dengan kepercayaan itu, kedamaian keluar dari diri sendiri. kedamaian untuk diri sendiri dan untuk orang lain yang bersumber pada Tuhan. Iman kepada Tuhan dan perbuatan baik adalah kedamaian roh dan daging. Sebab jika keinginan roh terpenuhi, daging mengikuti tetapi tidak untuk sebaliknya, sebab dunia ini nyata.
Oleh: Maryo Senap
Tingkat IV – Semester VII
STF Fajar Timur Abepura- Papua
Leave Comments
Post a Comment