Puisi
Sastra
Rindu Sang Gembala
Wednesday, May 13, 2020
0
Kumpulan Puisi Veronika Nandes (foto ilustrasi dari pixabay.com) |
Karena rasa ini tidak bisa berbohong
Karena jiwa ini enggan berkabung
Kutulis setiap syair dan kurenung
Walaupun ritmenya hanya khayal melambung
Goresan pena mengukir kata bahwa aku rindu
Rindu pada sosok Sang Gembala bermata sayu
Berwajah manis dan senyum tulus tanpa merayu
Santun, ramah dan ikhlas tanpa amarah mendayu
Sosok yang terpilih dari semua yang terpanggil
Untuk jadi pelayan bagi sesama di desa terpencil
Melayani dan mengabdi walau dengan gaji kecil
Tanpa rasa lelah, berjuang dan berkorban untuk rakyat jelata
Aku tersentak oleh lamunan yang jauh melayang
Kusadar bahwa semuanya hanya bayang-bayang
Tentang rasa yang tak bisa kumiliki namun tetap kusayang
Karena kutahu, bahwa Tuhan lebih cinta dan sayang padanya.
Sore itu, terakhir kita bersua
Dia lahir tanpa seorang ayah
Bersama wajah penuh peluh
Ditemani sepi di bulan yang memerah
Lengkingan tangisnya seakan penuh amarah
Di bilik rapuh dan kotor beralaskan pelepah
Kini, ia tumbuh menjadi anak yang kuat dan periang
Dibesarkan oleh neneknya dengan kasih dan sayang
Dengan asupan gizi makanan dan minuman, yang tak berimbang
Namun ia tetap ceria dan selalu bersyukur kepada Sang Penyayang
Seakan tak peduli dengan kerasnya kehidupan yang selalu menghadang
Sore itu, ia tersenyum manis dan memelukku
Melambaikan tangannya sembari berlarian mengejarku
Aku pun tersenyum oleh kepolosan wajahnya yang kadang mengodaku
Ia terus menari dan bernyanyi seakan meminta perhatianku
Aku hanya diam, tak menghiraukan dan melanjutkan perjalananku
Seminggu kemudian kudengar kabar duka tentangnya
Tubuhku terkulai lemas, sesak terasa membakar dada
Dia telah pergi dengan tenang ke alam baka
Tinggalkan aku dengan seribu penyesalan di dada
Ya, rupanya sore itu adalah hari terakhir kita bersua
Kusimpan harapanku pada-Nya
Kupikir, aku hendak menjaga hati-Nya
Supaya jangan berdosa mulut ini oleh perkataan yang menyakiti-Nya
Walaupun keluh-kesahku bergejolak bagai api yang membara
Namun kutetap bertahan agar lidah ini selalu bertutur manis pada-Nya
Semua menjadi beban yang terlalu berat bagiku
Aku kehabisan tenaga, remuk redam tulangku,
bagai digarap bajak punggungku
Sedikit demi sedikit sirna pula kekuatanku
Pudarlah cahaya gemilang di mataku
Namun apapun keadaannya
Hidup harus berbait pengharapan
Pengharapan akan baris-baris penyertaan Tuhan
Pengharapan akan kata-kata kelimpahan dan keselamatan
Tuhan….., jangan menahan Rahmat-Mu dari padaku
Kasih-Mu dan kebenaran-Mu, kiranya menjagaku selalu
Aku dikejar oleh kesalahan-ku, yang lebih banyak dari jumlah rambutku
Tuhan….tolonglah dan luputkanlah aku.
Tuhan…kupercaya dan kusadari Engkau selalu menyertai
Dan tak mungkin ada yang bisa membatasi
Engkau tak akan pernah membiarkan kusendiri
Engkau akan tetap selalu di hati sampai akhir hidupku nanti.
Kumpulan Puisi M.Veronika Nandes
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment