Ads Right Header

Hosting Unlimited Indonesia
Cloud Hosting Indonesia

Yesus Menyangkal Maria sebagai Ibu-Nya?

Yesus dan Maria
Foto dari dokumen Pixabay.com
Quote Amor - Kitab Suci menggambarkan bahwa Yesus adalah pribadi tanpa salah, cacat, ataupun dosa. Ia dikenal sebagai Tuhan yang lemah-lembut, yang kaya akan kasih setia. Tidak ada satupun bukti lisan dan tulisan yang memberikan petunjuk bahwa Yesus pernah berbuat salah.

Namun, banyak orang Kristen bingung ketika membaca teks-teks Kitab Suci yang menarasikan adegan-adegan berisi nada penyangkalan Yesus pada Maria ibu-Nya. Ketegangan antara Yesus dan ibu-Nya diangkat oleh para penginjil dalam kisah sejajar mengenai Yesus dan sanak sudara-Nya (Mrk. 3:31-35; Mat. 12:46-50; Luk. 8:19-21), dan perikop tentang siapa yang berbahagia (Luk. 11:27-28). Kisah-kisah itu memperlihatkan Yesus seolah-olah menyangkal atau terlibat dalam percakapan yang terdengar keras dan kurang bersahabat dengan Maria. 

Dalam kisah sejajar (Sinoptik), para penginjil menuturkan, ketika Yesus sedang mewartakan Kerajaan Allah dalam pengajaran-Nya, seseorang datang kepada-Nya dan berkata: “Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau”. Tetapi dengan nada yang dinilai mengandung penyangkalan, Yesus malah menjawab: “Siapakah ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” (Mrk. 3:33; Mat.12:48). Tidak berhenti sampai di situ saja, Ia bahkan menunjuk para murid yang setia kepada-Nya dengan berkata “Inilah Ibu-Ku…”, dan mengabaikan Maria yang berdiri di luar sana.

Bagi sebagian umat beriman, jawaban Yesus itu dinilai menyakiti Maria, atau dengan sedikit ragu-ragu, orang akan bertanya apakah Yesus tidak berdosa menyangkal ibu-Nya sendiri?Apakah Maria bukan orang yang setia pada Allah sehingga ia tidak diakui?

Pertanyaan-pertanyaan kritis di atas seakan-akan dipertajamkan dengan adegan lain yang menampilkan seruan seorang perempuan yang berkata: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau” (Luk. 11:27). Tetapi sekali lagi Yesus memberi afirmasi yang bagi sebagian orang amat mengecewakan apabila dihubungkan dengan perasaan hati Maria sebagai seorang ibu. Sebab Yesus menjawab: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” (Luk. 11:28). Dengan kata lain hal ini dapat diinterpretasikan (ditafsirkan) secara keliru kalau kita tidak memahami dengan baik maksud dari pernyataan Yesus itu.

Persoalan di atas memang perlu dijernihkan agar orang Kristen tidak begitu saja jatuh ke dalam opini atau asumsi yang tak berdasar. Perlu dipahami bahwa perkataan: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” (Luk. 8:21), adalah bukan suatu penolakan ataupun penyangkalan kepada Maria. Walaupun ditulis bahwa Yesus berkata “siapakah ibu-Ku?”, lalu menunjuk murid-murid-Nya yang setia sebagai “ibu”-Nya, dan mengabaikan Maria yang berdiri di luar sana, namun itu bukanlah suatu penolakan Anak terhadap ibu-Nya.

Sebab bukankah Maria jauh lebih setia dari semua figur perempuan yang ada dalam Kitab Suci? Dia adalah perempuan yang “mendengarkan firman Allah dan melakukannya”, dan hal itu dibuktikan dengan kesediaannya mengandung Allah Putra, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:38).

Maka perkataan Yesus “siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga…dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku” (Mat. 12:50), adalah suatu pengakuan yang memuji Maria sebagai pribadi yang taat kepada kehendak Allah.

Selain itu juga dialog antara Yesus dan seorang perempuan harus dimengerti sebagai berikut: Pertama, ungkapan dan seruan “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau” adalah sebuah perasaan kekaguman seorang perempuan pada Yesus sehingga ia memuji Maria sebagai wanita yang berbahagia karena memiliki Putra yang berhikmat. Pertanyaan tentang apakah Maria bukan merupakan orang yang berbahagia akan langsung dibantah oleh Maria sendiri. Dalam kidung magnificat-nya, ia bermadah “mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut akau berbahagia” (Luk. 1:48).

Kedua, perkataan Yesus: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya”, adalah pengakuan yang sebenarnya ditujukan langsung kepada Maria. Dalam arti ini, Marialah yang berbahagia sebab bukankah ia adalah wanita yang telah “mendengarkan” firman Allah melalui Malaikat Gabriel, dan melalui kehadiran Allah Putra dalam hidupnya. Jika Yesus adalah Firman Allah yang menjelma (ferbum incarnatum) maka Maria jugalah yang “memelihara” firman itu pertama-tama dalam rahim dan kemudian dalam hidupnya. 

Jadi secara implisit tanggapan Yesus kepada perempuan yang berseru itu adalah tanggapan yang meng-afirmasi-kan bahwa Maria sesungguhnya adalah perempuan yang berbahagia sebab dia telah mendengarkan dan memelihara firman Allah dalam hidupnya. Maria adalah ibu yang amat dicintai-Nya. Dengan tanpa menonjolkan Maria di hadapan publik, dan demi menarik semua orang menjadi anggota keluarga Allah, maka dengan cara yang berbeda Yesus mengakui ketaatan, kesetiaan, dan kesalehan Maria dalam mendengarkan dan memilihara firman Allah.


Oleh : Fr. Antonio Viali Tawa, OSA
Previous article
Next article

Leave Comments

Post a Comment

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel