Ads Right Header

Hosting Unlimited Indonesia
Cloud Hosting Indonesia

Kebahagiaan a la Fransiskan di Tengah Kemajuan Teknologi

Kebahagiaan a  la Fransiskan
Foto dari www.pixabay.com
Quote Amor - Kita dapat menyaksikan realita kehidupan sekarang bahwa kemajuan teknologi memberi pengaruh besar bagi kehidupan manusia. Hal ini tidak dapat dimungkiri lagi karena perkembangan teknologi selalu berhubungan dengan aktivitas manusia. Namun yang cukup memprihatinkan adalah kemajuan teknologi cenderung memupuk mentalitas manusia yang tidak bisa mengendalikan diri dalam menggunakan produk-produk teknologi itu. Mentalitas seperti ini dapat membuat orang bersikap konsumtif dan berhasrat tinggi untuk menperoleh setiap produk baru yang dihasilkan teknologi.

Gaya hidup seperti ini nampaknya sangat jelas terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta. Orang bersaing dan berlomba-lomba menampung harta kekayaannya untuk membeli rumah mewah, mobil baru, dan untuk mendapat popularitas diri. Dalam situasi demikian kesederhanaan lantas dipandang sebagai suatu sikap dan pola hidup yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman sehingga banyak orang menjadi konsumeristik dan hedonistik.

Gaya hidup demikian menyebabkan timbulnya berbagai macam persoalan seperti kemerosotan moralitas dan rasa solidaritas semakin berkurang terhadap kehidupan bersama. Oleh karena itu, Menurut Quote Amor, salah satu cara untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi dalam kehidupan bersama pada zaman ini adalah orang hendaknya berusaha mengendalikan diri dari kenikmatan. Singkatnya, orang hendaknya hidup sederhana.

Banyak orang yang memberikan kesaksiaan bahwa kesederhanaan dapat memberikan makna hidup bagi dirinya. Salah satu tokoh yang termasyur dengan kesederhanaannya dalam Gereja Katolik adalah Fransiskus dari Assisi.

Dia adalah anak dari seorang pedagang yang sangat kaya raya, tetapi dia tidak tergila dengan kekayaan itu, justru dia berani meninggalkan semuanya itu untuk menemukan makna dan kebahagiaan. Oleh karena itu, dia meninggalkan semuanya itu dan memulai untuk hidup sederhana dan melayani Tuhan melalui orang-orang kecil. Dengan pola hidup seperti itu, dia menemukan kebahagiaan sejati. Atas dasar itu, Fransiskus dari Assisi menasihati para suadaranya untuk mencintai kesederhanaan.

Dalam wasiatnya, dia menulis, “setelah aku meninggalkan mereka (baca: orang kusta), apa yang tadinya terasa memuakkan, berubah bagiku menjadi kemanisan jiwa dan badan; dan sesudahnya aku sebentar menetap, lalu meninggalkan dunia.” Fransiskus dari Assisi menunjukkan pengalaman pertobatannya sebagai suatu jalan yang membawanya pada kebahagiaan sejati.

Oleh karena itu, Quote Amor ingin membahas nilai-nilai kesederhanaan St. Fransiskus Assisi sebagai salah satu solusi alternatif untuk mengatasi kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan pada zaman ini. Namun bagaimana menghayati kesederhanaan Fransiskus Assisi pada Zaman ini? Apakah kesederhanaan itu berarti tidak menggunakan produk-produk teknologi dan tidak mengikuti perkembangan zaman? Pertanyaan-pertanyaan ini akan menjadi penuntun dalam pembahasan tulisan  ini.

Kesederhanaan Berpikir

Hidup sederhana merupakan implementasi dari cara berpikir sederhana yang senantiasa dipenuhi oleh perasaan-perasaan positif. Fransiskus Assisi berkonfrontasi dengan dirinya ketika masih “memakai pakaian duniawi”. Pikirannya penuh dengan idealisme untuk menjadi ksatria. Namun pengalaman perjumpaan dengan Tuhan dalam suatu penglihatan menyederhanakan pola pikirnya dalam menghayati hidupnya sehingga pikirannya menjadi lebih jernih dan tenang.

Ketenangan pikiran akan bersinergi dengan kematangan spiritual. Pada tahap ini kesederhanaan dapat memberikan kekuatan untuk membuat orang lebih fokus dalam menjalankan sesuatu. Karena itu, kesederhanaan berpikir menjadi syarat fundamental agar seseorang mampu bersikap selektif terhadap segala kebutuhan hidup.

Baca juga: 
Kesederhanaan berpikir juga merupakan salah satu cara untuk menghindarkan orang dari stres. Hal itu dapat dibuktikan ketika orang tidak terlalu banyak berpikir rumit, menerima diri sehingga ia akan terlihat rileks dan enegik. Situasi pikiran itu akan mempengaruhi relasi dalam kehidupan bersama, misalnya orang akan lebih mudah mengerti dan memahami perasaan orang lain, sabar menghadapi masalah, dan mudah diajak berkompromi.

Bebas dari segala ikatan yang tidak perlu

Hidup sederhana bukan berarti hidup dalam kesengsaraan, kemiskinan, dan kemelaratan. Kesederhanaan itu merupakan pola hidup yang propsional, tidak berlebihan dan mampu memprioritaskan pada sesuatu yang lebih penting. Dengan cara ini, hidup akan terfokus pada hal-hal yang benar-benar berarti dan bisa melayani orang lain dengan penuh sukacita. Sederhana lebih menekankan pada cara hidup yang terus berusaha untuk berlaku adil dan bersyukur atas setiap rezeki dalam kehidupan sehari-hari.

Fransiskus Assisi menulis dalam aturan hidupnya, “Berjagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan…, sebab kita tidak boleh menganggap uang, dalam bentuk apapun, lebih berguna dan lebih berharga daripada  batu (AngTBul pasal VII)”. 

Fransiskus menyampaikan hal itu supaya para saudaranya tidak menggunakan harta kekayaan untuk memenuhi keinginan-keinginan, tetapi memanfaatkan segala sesuatu untuk tugas pelayanan. Ciri-ciri kesederhanaan yang dimaksud Fransisikus meliputi hidup yang wajar dengan cara mengontrol diri dalam menggunakan barang, cerdas membuat skala prioritas, mampu melayani sesama, dan tidak menjadikan keinginan sebagai kebutuhan.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kesederhanaan itu selalu dihubungkan dengan konteks kehidupan masyarakat pada zamannya, dimana kesederhanaan itu terletak pada sikap orang yang  memanfaatkan dan menggunakan barang-barang dengan sebaik mungkin atau menggunakan barang sesuai dengan kebutuhan hidup.  Kesederhanaan pada gilirannya akan menyadarkan orang pada tujuan hidupnya yakni mendapatkan kebahagiaan sejati.

Tetap Bekerja Keras dan Berusaha

Pola hidup sederhana mengandung nilai usaha yang menuntut orang bersikap bijak dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hidup sederhana bukan berarti bermalas-malasan, melainkan orang harus berusaha dan berkerja untuk memperbaiki hidup menjadi lebih baik dan sejahtera.

Fransiskus sangat menghargai usaha dan perjuangan untuk mencapai cita-cita, juga menjadi proses belajar terus menerus agar orang dapat memperaktikkan nilai-nilai keadilan. Artinya, di dalam usahanya, orang semakin sadar bahwa makna hidup bukan terletak pada barang-barang itu, tetapi bagaimana merealisasikan nilai-nilai kesederhanaan dengan peduli terhadap kehidupan orang lain.

Dengan demikian, hidup sederhana merupakan salah satu bentuk sikap solidaritas terhadap orang kecil. Karena dengan hidup sederhana, orang akan lebih terbuka dalam relasi dengan orang lain. Namun, orang perlu juga menghilangkan kesombongan diri dan berbagi kesenangan dengan orang lain sehingga kehidupan bersama penuh dengan kedamaian.

Manfaat Hidup Sederhana

Fransiskus menemukan makna hidupnya dalam kesederhanaan. Dia meninggalkan ketergantungan pada “barang-barang duniawi” dan memakai “baju kesederhanaan”. Fransiskus bertindak demikian untuk mencapai tujuan hidupnya, yakni kebahagiaan sejati dan keselamatan. Namun ada beberapa syarat yang perlu dilakukan untuk mencapai keselamatan itu, yakni pengendalian emosi dan hawa nafsu dengan baik. Dengan pengendalian itu, Fransiskus semakin setia dalam menghayati kesederhanaan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Cara hidup Fransiskus menjadi teladan untuk menghayati kesederhanaan dalam menanggapi persoalan yang dibicarakan pada bagian awal tulisan ini. Oleh karena itu, hidup sederhana membantu orang memberikan kontribusi bagi pengolahan emosi dan pengendalian hawa nafsu dalam menggunakan barang-barang teknologi sehingga pintu kebahagiaan akan terbuka.

Masalah kemanusiaan memang marak terjadi pada kehidupan sekarang. Faktor penyebabnya adalah kerakusan dan ketamakan orang dalam pemakaian barang yang tidak teratur. Dalam memecahkan masalah di atas, Quote Amor memberikan solusi alternatif, yakni dengan mengaktualisasikan kesederhanaan St. Fransiskus dari Assisi, yang meliputi mulai dari kesederhanaan berpikir, bebas dari segala ikatan yang tidak perlu, bekerja keras, dan berusaha untuk menemukan makna hidup yakni kebahagiaan sejati.

Karena tujuan hidup setiap orang adalah kebahagiaan, maka untuk mencapai kebahagiaan itu, seseorang mesti hidup sederhana dengan cara mengolah emosi dan mengendalikan hawa nafsu dengan baik.

Oleh Albertus Dino

DAFTAR PUSTAKA

Ladjar, Leo Laba. Karya-Karya Fransiskus dari Asisi. Jakarta: SEKAFI, 2000.
Bonaventura, Riwayat Hidup St. Fransiskus, terj. Y. Wahyosudibyo. Jakarta: SEKAFI, 1981.
Previous article
Next article

Leave Comments

Post a Comment

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel