Ads Right Header

Hosting Unlimited Indonesia
Cloud Hosting Indonesia

Alasan Allah Mewahyukan Diri-Nya kepada Manusia

Cara Allah Mewahyukan diri-Nya
Foto dari www.pixabay.com

Oleh : Albertus Dino
Quote Amor - Kita mungkin sering bertanya tentang pewahyuan diri Allah. Apa sebenarnya wahyu Allah itu? Mengapa Allah mewahyukan diri-Nya kalau pada akhirnya Dia mati seperti manusia, dimanakah ke-Allah-an-Nya? Apakah Allah hanya mewahyukan diri-Nya pada Yesus Kristus?

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini kadang membuat kita meragukan Kemahakuasaan Allah dan iman kita kepada-Nya. Tetapi sebenarnya pertanyaan-pertanyaan ini sangat penting dan harus muncul dalam proses penghayatan iman kita sehingga kita tidak hanya beriman begitu saja tetapi kita mempunyai dasar untuk beriman kepada Tuhan. Nah, sekarang marilah kita melihat bersama, bagaimana kita memahami wahyu itu.

Wahyu adalah pernyataan diri Allah kepada Manusia. Melalui Wahyu, Allah mendekatkan diri-Nya kepada manusia. Dalam Dei Verbum (DV), art. 2 dan 6, dokumen Konsili Vatikan II menjelaskan bahwa wahyu memiliki ciri personal, historis, dan sakramental, maksudnya Allah mewahyukan diri-Nya dan masuk ke dalam sejarah kehidupan manusia.

Baca juga :
Karena subyek wahyu adalah Allah Tritunggal. Dan objek wahyu juga berciri personal sebagaimana diungkapkan; dirinya sendiri dan rahasia kehendak-Nya. Dengan demikian yang diwahyukan adalah pribadi Allah sendiri. Rahasia kehendak Allah kalau dibaca dalam konteks Dei Verbum secara keseluruhan merujuk pada rencana keselamatan Allah bagi umat manusia.

Walaupun objek wahyu bersifat personal, tetapi hal tersebut tidak mengabaikan dimensi ajaran kebenaran wahyu, sebagaimana diungkapkan dalam DV 2; “tetapi melalui wahyu itu kebenaran sedalam-dalamnya tentang Allah dan keselamatan manusia nampak bagi kita dalam Kristus.”

Tujuan dari wahyu itu sendiri adalah agar manusia menghadap Bapa, melalui Kristus..., dalam Roh Kudus dan ikut serta dalam kodrat Ilahi; mengundang mereka ke dalam persekutuan dengan diri-Nya dan menyambut mereka di dalamnya (DV 2), mengikut sertakan manusia dalam harta-harta ilahi yang sama sekali melampaui daya tangkap akal budi insani (DV 6).

Alasan Allah mewahyukan diri-Nya

Dari uraian di atas, kita mendapatkan gambaran mengenai alasan Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Dei Verbum menegaskan hal tersebut bahwa motif  Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia adalah berkat kebaikan dan kebijaksanaan-Nya atau secara lebih tegas berkat dari kelimpahan kasih-Nya (DV 2).

Kalau begitu, Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia bukan karena dosa manusia. Kalau misalnya Allah mewahyukan diri-Nya karena dosa manusia, itu berarti Allah sangat bergantung pada manusia. Dengan demikian Dei Verbum art. 2 sangat jelas mengungkapkan hal tersebut. 

Allah mewahyukan diri-Nya karena kelimpahan kasih-Nya, kasih-Nya itu melupa-lupa kepada manusia sehingga Allah masuk ke dalam sejarah kehidupan manusia. Itu berarti sangat logis kalau kita mengatakan bahwa Allah tetap mewahyukan diri-Nya kepada manusia, walaupun manusia tidak jatuh ke dalam dosa. Allah melakukan itu karena kelimpahan kasih-Nya.

Lalu kita juga mungkin bertanya, bagaimana cara Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia? Dari ciri personal dan historis wahyu nampak bagi kita, bagaimana cara Allah mewahyukan diri-Nya. Allah menyapa manusia sebagai sahabat-sahabat-Nya (kel 33: 11; Yoh 15: 14-25) dan bergaul dengan mereka (Bar 3: 38).

Bertitik tolak dari cara pewahyuan, ditunjukkan pula keterkaitan erat antara perbuatan dan perkataan; karya yang dilaksanakan Allah dalam sejarah keselamatan memperlihatkan dan meneguhkan ajaran serta kenyataan yang diungkapkan dalam kata-kata, sedangkan kata-kata menyiarkan karya-karya dan menerangkan rahasia yang tercantum di dalamnya (DV 2).

Yesus sebagai puncak pewahyuan diri Allah

Peristiwa Yesus Kristus (lahir, wafat, dan kebangkitan) memiliki kedudukan sentral dalam proses sejarah keselamatan. Hal ini ditegaskan dalam Dei Verbum  art. 3 dan 4. Dikatakan dalam Dei Verbum 4 bahwa Yesus Kristus menyelsaikan dan memenuhi wahyu. Konsekuensinya, setelah Yesus Kristus wahyu umum yang baru tidak boleh dinantikan lagi sebelum Yesus Kristus menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya (1Tim 6:14).

Namun wahyu tidak baru terjadi dalam Yesus Kristus, melainkan sudah sejak awal mula Allah mewahyukan diri-Nya dengan tidak putus-putusnya (Rm. 2:6-7) melalui Abraham, para bapa bangsa, Musa, dan para Nabi. Dengan demikian berabad-abad lamanya ia menyiapkan jalan bagi Injil (DV 3).

Walaupun Yesus Kristus adalah puncak dan pemenuhan wahyu, tetapi pemahaman akan wahyu belumlah lengkap tanpa peran Roh Kudus (Rm. 5:5). Roh Kudus mengarahkan dan membangun disposisi batin manusia menuju Yesus Kristus.

Roh Kudus juga tidak menambahkan sesuatu yang baru bagi wahyu yang dibawa Kristus, melainkan menuntun dan memungkinkan manusia untuk sampai pada Sang Kebenaran (Yoh. 14:26). Dalam Yesus Kristus wahyu mencapai kepastian historisnya. Dan dalam Roh Kudus, wahyu terjamin kehadirannya secara aktual serta universalnya dalam sejarah dan diri manusia. (A/D)
Previous article
Next article

Leave Comments

Post a Comment

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel