Cerpen
Sastra
Seberkas Rindu bagi Sang Ayah
Monday, October 21, 2019
0
Seberkas Rindu bagi Sang Ayah |
Quote Amor - Malam itu, langit tampak kelabu, mentari yang sebelumnya bertengger di atas
awan kini menyembunyikan senyumnya di balik bumi. Dalam hinggar bingar kota Jayapura, tampak sosok pria separuh
baya dengan tubuh yang berhiaskan debu sedang memikul beberapa sak semen dari
mobil truk. Malam ini ia mesti kembali
lembur.
Upah harian yang diterimanya pada jam
kerja siang nampaknya tidak cukup untuk menghidupi keluarga kecilnya. Dalam
lelahnya ia kembali teringat akan cita-cita putri kecilnya.
“Ingin jadi apa kamu
kelak?” Katanya kepada sang putri kesayangannya.
“Jadi suster ayah!” jawab anaknya.
“Kenapa
mesti suster?” Katanya lagi kepada putrinya.
“Karena Rita ingin seperti Sr. Yolanda yang selalu memakai baju putih. Bajunya indah dan cantik.” Jawab Rita.
“Kalau Indri ingin menjadi Bidan,” sambung
putri bungsunya ketika itu. dialog tersebut
selalu memberinya seberkas senyum
di setiap rasa lelah yang menyelimutinya.
Hari ini, ibu Lisa terlihat rapi, ia
mengenakan baju batik terbaik yang dimilikinya, baju itu sudah terlihat lesu.
Warnanya sudah memudar, baju batik itu seolah-olah menjadi gambaran
peredaran waktu yang begitu cepat.
Ia melihat, raga suaminya yang tegap kini
terlihat membungkuk dengan rambut yang sudah memutih, kulit yang hitam legam
tak mampu menyembunyikan bahwa di balik senyum bahagia hari ini, pak Ayub telah
berjuang begitu gigih untuk menyekolahkan putri-putrinya dalam mengapai
mimpi-mimpi yang dulu pernah mereka ucapkan dari bibir kecilnya.
Suster,
ada tamu yang ingin bertemu! Ungkap
seorang anak asrama yang memanggil pembinanya. Suster
tersebut berjalan cukup cepat menuju ruang tamu. mama! pekik Sr. Rita yang tampak kaget karena ibunya tak memberi
kabar bahwa ia akan datang berkunjung.
Suster! Sahut ibu Lisa. Jangan panggil aku Suster, panggil aku Rita, ma! Sambung Sr. Rita
yang lebih menyukai jika sang ibu memanggilnya dengan nama kecilnya.
Setelah melepaskan pelukan rindunya,
ibu Lisa segera mengutarakan maksud dari kedatangannya; Mama datang untuk memintamu menghadiri upacara wisuda adikmu Indri.
Lantas ayah? Balas Sr. Rita dengan
nada penuh cemas.
“Ayahmu sedang sakit di rumah. Ia ingin beristirahat
dan memintamu untuk menemani ibu”, jelas ibunya dengan
terpatah-patah.
Malam itu rembulan engan menari memamerkan sinarnya yang gemulai dan
para bintang tertidur lelap di kediaman malam. Ibu mengapa, malam ini langit
terlihat muram?
Indri melontarkan sebuah pertanyaan yang
tidak ditanggapi ibunya. Ibu Lisa terlihat lelah mengikuti acara wisuda yang
begitu lama. Setibanya di halaman rumah, Lisa berlari kecil hendak meluapkan perasaan
bahagianya dan menceritakan bagaimana ia disanjung karena prestasi akademiknya
yang luar biasa.
Tetapi Lisa hanya berjumpa dengan tubuh yang terbujur kaku
dengan segurat senyum kedamaian. Ya, pak Ayub telah tiada.
Oleh Agustinus Van Tawa
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment