Ads Right Header

Hosting Unlimited Indonesia
Cloud Hosting Indonesia

Misi Hidup Setelah Kematian

Ilustrasi misi hidup setelah kematian
Quote Amor - Banyak orang yang mempertanyakan kehidupan setelah kematian. Apa yang terjadi pada diri kita setelah kematian? Kita akan kemana setelah kematian? Apakah ada kehidupan yang lain setelah kematian? Atau malah kematian menjadi akhir dari segala kehidupan manusia? 

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini kadang membuat orang takut menghadapi kematian. Namun sebenarnya di balik pertanyaan-pertanyaan itu menyimpan kerinduan manusia untuk menemukan makna dari kehidupan yang sementara ini. Kalau kehidupan ini hanya berakhir sampai pada kematian saja, lalu untuk apa kita menjalankan hidup? Bukankah pandangan tersebut akan membuat kehidupan menjadi hancur, tidak lagi menghargai kehidupan itu.

Tetapi dalam proses pencarian itu, agama hadir memberikan jawaban yang penuh harapan bahwa kehidupan di dunia ini merupakan tahap awal dari kehidupan manusia menuju kehidupan abadi setelah kematian. Kehidupan saat ini akan menentukan kehidupan setelah kematian. Kesadaran ini akan menuntun manusia untuk memaknai setiap pengalaman hidupnya. Bagaimana menjalankan hidup dengan baik di dunia ini sehingga kehidupan itu memudahkannya untuk masuk pada kehidupan baru setelah kematian. 

Kematian sebagai batas menuju kehidupan baru

Pandangan agama yang penuh harapan itu tidak membuat semua orang percaya kepada janji keselamatanya. Karena janji kehidupan setelah kematian, yang ditawarkan agama, justru menimbulkan persoalan bagi para atheis, yang menolak keberadaa Tuhan sebagai asal dan tujuan hidup manusia. Bagaimana bisa memikirkan Allah yang tidak dialami secara nyata dan masuk dalam logika berpikir mereka. Para atheis sangat pesimis dengan cara pandang tersebut. Bagi Atheis, kematian adalah akhir dari segala kehidupan manusia, dengan kata lain tidak ada kehidupan setelah kematian.

Namun pandangan atheis ini tidak memberikan solusi atas kerinduan sebagian orang tentang keberadaan manusia setelah kematian. Bukankah lebih baik kalau kita mengatakan bahwa ada kehidupan setelah kematian daripada mengatakan kematian adalah akhir dari segalanya. Untuk apa kita menjalankan hidup di dunia ini kalau hanya berakhir pada kematian. Semuanya menjadi sia-sia.

Baca juga: Cukuplah Engkau menderita Ibuku

Persoalan tersebut menuntun saya untuk kembali kepada pertanyaan tentang makna hidup. Dan dengan pertanyaan itu saya mengajak pembaca untuk merefleksikan tentang misi kehidupan setelah kematian. Bagaimana memaknai kematian sehingga kita terus memupuk harapan untuk terus berjuang dan menjalankan hidup dengan penuh makna. Kita menggantungkan harapan itu pada misteri kehidupan setelah kematian. Kita yakin dan percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian.

Kepercayaan itulah menjadi dasar bagi setiap orang untuk berharap. Demikian sepenggal ungkapan yang pernah kubaca. Ungkapan tersebut teringat lagi ketika saya mengikuti kuliah Teologi Harapan. Dalam perjumpaan pertama di kelas, Dosen pengampu mata kuliah Teologi Harapan, Pater Andreas B. Atawolo OFM mengajak kami untuk menelusuri konsep pengharapan dalam konteks iman kristiani. Bagaimana memahami teologi harapan itu, dan apa saja yang akan kami pelajari dalam kuliah teologi harapan itu.

Memahami Teologi Harapan

Harapan erat kaitannya dengan kerinduan untuk mendapatkan perlindungan, kekuatan, kenyamanan, ketenangan, kepastian dan kedamaian. Hal yang sama juga dalam setiap agama. Orang percaya pada agama karena agama memberikan jawaban atas kerinduannya untuk mendapatkan kehidupan setelah kematian. Namun bagaimana agama katolik memahami kematian dan kehidupan setelah kematian itu.

Ajaran iman katolik menegaskan bahwa kehidupan manusia tidak berakhir pada kematian, melainkan kematian itu merupakan fase peralihan menuju kehidupan baru, kehidupan abadi. Inilah pengakuan iman kristiani yang mengadung aspek harapan, yaitu menantikan kebangkitan orang mati dan setelahnya akan mengalami kehidupan abadi di akhirat. Pengakuan tersebut, kata Pater Andre, memuat keyakinan mengenai realitas akhir hidup kita sebagai manusia. Apa jaminan kita tentang di ujung kehidupan kita di dunia ini. Bagaimana kita menghadapi kematian itu.

Kehidupan kita di dunia ini bukanlah sebuah realitas yang sudah selesai melainkan bagian dari realitas kehidupan yang sebagiannya masih misteri (kehidupan setelah kematian). Dosen saya mengatakan bumi ini bukan realitas yang "sudah selesai" ; ia dapat digambarkan sebagai realitas yang hampir selesai atau yang satu belum selesai. Pertanyaan manusia tentang realitas akhir itu tidak hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu tetapi lebih dari pada itu, untuk menemukan makna dan tujuan akhir dari perziarahan hidup di dunia ini.

Harapan seperti apa, kata pater Andre lebih lanjut, yang hendak direfleksikan sebagai harapan Kristiani . Pater Andre kemudian mengutip Antony Kelly yang memaparkan ciri-corak harapan yang lebih bermakna teologis. Menurut Antony Kelly, ada tiga ciri corak harapan Kristiani yang bermakna teologis. Pertama, harapan melampaui optimisme. Orang yang merasa optimis, percaya bahwa apa yang akan terjadi dapat diprediksi, sehingga hambatan dapat diantisipasi. Namun harapan dalam arti sesungguhnya bertentangan dengan optimisme. Harapan sejati justru berjalan kalau sistem tidak lagi berjalan sebagai mana mestinya.

Baca juga : Revolusi Prancis melahirkan "wajah baru" Gereja

Kedua, Harapan Kristiani bersifat transendental. Artinya bahwa harapan itu semacam kekuatan yang menggerakan manusia agar memaknai hidupnya berdasarkan sebuah kriteria baru. Orang yang hidup dalam harapan tidak mereduksi hidup pada kepentingan material. Ketiga, harapan sebagai sebuah kebajikan teologis. artinya bahwa dengan adanya harapan itu orang akan bisa memilih tindakan yang baik dan benar. Dalam kebajikan itu, orang akan bersikap hormat terhadap norma-norma moral. Dalam pengharapan orang bahkan berani berkorban untuk sebuah kebaikan yang lebih luhur.

Dengan demikian harapan akan lebih berarti kalau disertai dengan iman dan kasih. Dengan iman pada sesuatu, harapan juga akan bertumbuh dan mendorong orang untuk melakukan kebajikan untuk mencapai tujuan yang telah ada dalam iman. Harapan tanpa iman bagaikan sorang yang berjalan tanpa tujuan, tak tahu mau kemana.

Oleh Albertus Dino
Previous article
Next article

Leave Comments

Post a Comment

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel