Puisi
Sastra
Anak Domba I
Hati mengenal asa pada pribadi yang menjelma,
dalam rupa anak domba.
Matanya berlumurkan darah
bagi jeritan yang lupa pada asa.
Belaskasihan melimpah rua tak kenal dendam.
Hingga pada gurun penuh ilalang
Kasih pun meluap dalam kesempurnaan diri,
Terwujud pada pengorbanan salib dan kebangkitan.
(Padua, 28 Mei 2016)
Anak Domba II
Di sore itu, kita duduk bersama sang gembala
menikmati senja yang lagi bertengger di permukaan laut.
“kalian lihat, sebentar lagi,
senja itu kembali keperaduannya,” katanya
sambil berdiri di bibir pantai penuh ombak itu.
“Kalian tahu kenapa??” tanyanya lagi,
“ya.... itulah ruang dan waktu,” lanjutnya,
“Akan tiba saatnya kalian sampai
di ujung senja itu, tapi ingat, cuma satu kali,
sebelum masuk ruang keabadian.”
Lalu waktu berhenti menanti, kata selanjutnya.
“Gimana, sudah siapkan kalian?”
(Tentang, 29/10/2018).
Albertus Dino
Kumpulan Puisi Anak Domba
Tuesday, September 3, 2019
0
Seorang anak yang lagi menggendong seekor domba |
Hati mengenal asa pada pribadi yang menjelma,
dalam rupa anak domba.
Matanya berlumurkan darah
bagi jeritan yang lupa pada asa.
Belaskasihan melimpah rua tak kenal dendam.
Hingga pada gurun penuh ilalang
Kasih pun meluap dalam kesempurnaan diri,
Terwujud pada pengorbanan salib dan kebangkitan.
(Padua, 28 Mei 2016)
Anak Domba II
Di sore itu, kita duduk bersama sang gembala
menikmati senja yang lagi bertengger di permukaan laut.
“kalian lihat, sebentar lagi,
senja itu kembali keperaduannya,” katanya
sambil berdiri di bibir pantai penuh ombak itu.
“Kalian tahu kenapa??” tanyanya lagi,
“ya.... itulah ruang dan waktu,” lanjutnya,
“Akan tiba saatnya kalian sampai
di ujung senja itu, tapi ingat, cuma satu kali,
sebelum masuk ruang keabadian.”
Lalu waktu berhenti menanti, kata selanjutnya.
“Gimana, sudah siapkan kalian?”
(Tentang, 29/10/2018).
Albertus Dino
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment