Headline
Teologi
Yesus Bin Sirakh: Seorang Bijaksana dari Perjanjian Lama
Monday, March 12, 2018
1
Yesus Bin Sirakh; seorang bijaksana dari Perjanjian Lama |
Quote Amor - Kitab ini merupakan satu-satunya kitab dalam Perjanjian Lama (PL) yang penulisnya memperkenalkan dirinya secara eksplisit – “Di dalam kitab ini termaktublah pengajaran tentang pengertian dan pengetahuan oleh Yesus Bin Sirakh Bin Eleazar dari Yerusalem, yang meluap-luapkan kebijaksanaan dari dalam hati (50:27).” Ia berasal dari keluarga imam tetapi tidak menjalankan fungsinya sebagai imam. Latar belakangnya justru ia terlatih sebagai ahli menulis.
Orang ini terdidik baik dalam bidang sekular maupun keagamaan. Profesi yang dijalankannya cukup beragam; birokat, diplomat, penasihat dan guru kebijaksanaan dan sebagainya (lih 39:4, 51:23). Ia juga seorang yang sering melakukan perjalanan ke berbagai daerah atau bangsa sehingga ia mendapatkan banyak pengalaman (lih 34:11-12). Sebagai pengarang dia sangat jujur dan terbuka.
Ia menceritakan perjalanan karirnya dan segala sesuatu yang pernah dicapainya. Dia bukan orang suci, tetapi dia punya minat yang sangat dalam akan pendidikan dan semua itu berakar pada kepercayaannya yang sangat teguh akan Allah Israel (33:18).
Kitab ini selesai ditulis pada tahun 180 SM. Ditulis dalam bahas Ibrani. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani oleh cucunya pada tahun 139 SM di Aleksandria (Mesir) – “..kita yang lain itu dan sudah mendapat kepandaian, maka nenekku, Yaitu Yesus, merasa dirinya pun terdorong pula untuk mengarang sesuatu prihal pengajaran dan kebijaksanaan.”.”..karena itu kuanggap suatu keharusan bagiku dengan rajin dan tekun menterjemahkan kitab ini.” (lih. pengantar).
Nama kitab ini dalam bahasa Latin adalah Liber ecclesiaticus (artinya buku gereja). Kadang disebut secara singkat sebagai Ecclesiaticus (berbeda dari ecclesiates yang menunjukkan pada Qoheleth/Pengkotbah). Hal ini memperlihatkan bahwa kitab ini sering dipakai dalam gereja awal. Membuka jalan bagi pemahaman akan yudaisme Palestina selama abad 2 sm.
Konteks Penulisan
Konteks penulisan kitab ini adalah situasi kehidupan bangsa Israel yang mulai melupakan tradisi Israel sendiri atau cenderung lebih tertarik dengan budaya helenis (khususnya kaum muda). Dalam situasi seperti itu, Yesus Bin Sirakh menulis kitabnya untuk memberikan pengajaran dalam hal religius dan moral kepada generasi muda.
Hal ini menjadi penting untuk memberi bekal kepada kaum muda untuk mempertahankan diri dari pengaruh budaya hellenis sebagai mana dihembuskan oleh Aleksander Agung. Putra Sirakh mengumpulkan unsur yang berharga dari tradisi religius Israel dan mengolahnya sedemikian rupa sehingga untuk pertama kalinya terbentuk sebuah sintesa dari seluruh kekayaan religius Israel.
Dalam beberapa teks dibicarakan tentang para nabi Israel, misalnya Yesaya (48:17-25), Yeremia (49: 10), Yehezkiel (49:8-9), dan dua belas para nabi (44-51). Ada tiga nabi besar, Yesaya, Yeremia dan Yehezhiel yang merujuk pada tiga bapa bangsa dan ada 12 nabi kecil yang disejajarkan dengan 12 suku Israel.
Selain itu, pada masa helenis sebelum kekuasaan beralih dari dinasti ptolemeus (mesir) ke Seleukus (Antiokia Syria). Masa ini secara sosio-ekonomis sangat memprihatinkan. Banyak pemilik tanah dirampas dari pemiliknya. Orang kaya tambah berkuasa. Ikatan erat dalam lingkup kekeluargaan mulai hancur. Penguasa Yunani memaksa budaya dan agama Yunani.
Tantangan dalam situasi seperti itu tantangannya adalah bagaimana mempertahankan hidup dalam dan dengan keyahudian?. Dengan demikian, secara umum kita dapat melihat dua tantangan yang muncul dalam kehidupan bangsa Israel. Pertama, ikatan keluarga dan kesukuan mulai berantakan. Ini diungkapkan oleh Putra Sirakh, dengan menekankan pada kepedulian (belarasa) kepada kaum miskin dan hubungan dengan Allah melalui gambaran Lady Wisdom; mengajak agar semakin memperkuat hubungan persahabatan dan kekerabatan.
Kedua, mengenai godaan budaya yunani. Putra Sirakh berusaha menggunakan cara perpikir keyunanian untuk mengungkapkan keyahudian serta dengan menekankan kembali pentingnya dasar pengetahuan yang tidak terletak pada penggunaan rasio dan logika melainkan pada takut akan Allah.
Kekhasan kitab Putra Sirakh
Ada beberapa kekhasan dari kitab ini, yaitu kitab ini mempunyai sebuah pengantar (semaca Prolog) dari penerjemah Yunani yang terdapat di bagian awal kitab ini. Di antara kitab-kitab yang lain, hanya kitab ini yang mempunyai keterangan tambahan yang cukup panjang (4 alinea). Ada beberapa bagian dari kitab ini yang terhilang misalnya Sir 1:5, 7 atau 21.
Kalau kita membaca dengan teliti kitab ini, kita akan menemukan bahwa dalam kitab ini tidak terungkap adanya harapan akan kehidupan setelah kematian, misalnya gagasan tentang kebangkitan (lih Sir 41:13). Yang ditampilkan justru paham tradisional tentang dunia orang mati atau sheol (Sir 14:16, 30:17, 41:4). Tidak jelas mengungkapkan paham mengenai kehidupan setelah kematian (38:16-23).
Gagasan ini tidak secara eksplisit ditegaskan. Hanya dikatakan bahwa orang mati beristirahat (38:23). Selain itu, kitab ini juga menegaskan bahwa takut akan Allah adalah puncak dari kebijaksanan. Karena bagi kitab Putra Sirakh, Taurat identik dengan kebijaksanaan (24:1-33).
Susunan Kitab Putra Sirakh
Kalau kita melihat secara keseluruhan dari kitab ini, kita akan menemukan satu gagasan utama adalah mengenai kebijaksanaan. Dengan gagasan utama ini dapat ditemukan stuktur susunan dari kitab ini dan pada setiap bagian susunan itu memperlihatkan tentang kebijaksanaan itu. Susunan dapat dilakukan sebagai berikut:
a. 1:1-4:10 (1:1-10 – keutamaan besar adalah takut akan Allah. Bagian ini berfungsi sebagai pengantar bagi seluruh kitab dan kemudian dikembangkan dalam 22 baris puisi memuji kebijaksanaan perempuan dan menegaskan kembali takut akan Allah) perikop ini menjelaskan bagaimana takut akan Tuhan itu membawa kebahagiaan bagi kehidupan (1:11-20). Takut akan Allah sebagai kepenuhan dan puncak kebijaksanaan (1:14-20). Bagian ini juga sebagi bagian pembukaan.
b. 4:11-6:17 (4:11-19 – kebijaksanaan sebagai ibu)
c. 6:18-14:19 (6:18-37 - keutamaan yang dibutuhkan: kesabaran petani; ketahanan orang penjara; kegigihan pemburu)
d. 14: 20-23: 17 (14:20-15:10; hikmat sebagai istri dan ibu)
e. 24:1-33:18 (24:1-33; hikmat sebagai sabda Allah dan hukum; juga tentang orang berhikmat ay. 30-40; kebijaksanaan+ ketakutan akan Allah + hukum).
Bagian penting adalah 24: 1-33, Sirakh membuat penegasan jelas bahwa Taurat itu diidentik dengan kebijaksanaan (33). Ini membawa konsekuensi sangat keras. Pertama, kebijaksanaan bukanlah harus dicari di antara humanisme Yunani tetapi di kalangan Yahudi sendiri, khususnya dalam cara yang sangat khas untu pengaturan hidup berdasarkan Taurat (hukum). Kedua, ada pola berelasi antara Allah dan manusia serta antar manusia sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
f. 33:19-38:23 (33:19-33 ; keutamaan tentang hidup rumah tangga)
g. 38: 24-43:33 (38: 24-39:11; keutamaan sebagai ahli taurat dan pekerja tangan)
h. 44:1-50:21 (42:15-43:33; pernyataan kemuliaan Tuhan dan kebijaksanaan-Nya dalam alam). Bagian ini merupakan kumpulan pujian bagi nenek moyang. Ini merupakan rangkaian sejarah sangat indah yang berisi tokoh-tokoh penting. Bagian ini diperlihatkan sebuah contoh membaca kembali sejarah dalam terang iman.
i. 50:22-51:30: ajakan dan kata penutup.
Previous article
Next article
mantap, eja frater... keren ulasannya
ReplyDelete