Inspirasi
Renungan
Teologi
Quote Amor - Pernahkah anda membaca kisah penciptaan dalam kitab Kejadian Bab 1. Bagaimana pendapat anda mengenai kisah tersebut?
Paradoks Kisah Penciptaan dalam Kitab Kejadian.
Thursday, December 5, 2019
0
Foto dari www.pixabay.com |
Saya ingin mengajak anda untuk membahas bersama kisah penciptaan tersebut. Dalam penelusuran saya, menemukan beberapa hal menarik dari kisah tersebut untuk diulas dan dikaji secara ilmiah.
Hal menarik yang saya temukan dari kisah penciptaan tersebut adalah tindakan Allah yang dalam sekejap saja, semua yang dikatakannya terjadi. Allah berkata, dan sesuatu langsung terjadi, kemudian diikuti pernyataan “baik.”
Hal tersebut memang mengungkapkan Kemahakuasaan Allah yang bisa melakukan apa saja sesuai dengan kehendak-Nya dan pernyataan “baik” mengungkapkan apa yang dilakukan Allah itu baik dan memiliki nilai yang sama, yaitu sama-sama diciptakan Allah, baik manusia maupun makhluk lainnya. Tetapi kalau kita membaca secara kritis dan teliti dari keseluruhan kisah tersebut, kita akan menemukan beberapa keunikkan yang menimbulkan pertanyaan bagi kita.
Baca juga:
Baca juga:
Sebelum melangkah lebih jauh, bagaimana anda membaca dan memahami seluruh kisah penciptaan tersebut? Untuk memahaminya secara lengkap kisah tersebut, kita harus menafsirkannya secara kontekstual berdasarkan asal mula munculnya kisah tersebut.
Paham tentang dunia dalam tradisi Yahudi pada waktu itu masih percaya pada keyakinan bahwa cakrawala biru yang terbentang dari satu sisi ke sisi lain ditempatkan sebagai pemisah atau pembatas air di atas (tempat dimana Allah tinggal dengan segala isi surga-Nya) dari air di bawah. Pekerjaan pemisahan benda-benda tersebut dimulai oleh Allah dalam sekejap saja. Allah berkata dan semuanya terjadi.
Lalu kemudian ada pengulangan tetap mengenai penilaian bahwa semuanya sungguh amat baik. Sebagai tambahan diberi urutan hari pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Semuanya digambarkan sebagai karya Tuhan yang menakjubkan dan tanpa campur tangan Tuhan, semuanya pasti akan mengalami kesulitan. Tuhan hanya bicara dan segalanya terjadi. Sesudah tiga hari pertama, karya pengisian dari apa yang sudah dipisahkan dimulai.
Demikian selanjutnya sampai Tuhan tiba pada saat puncak (Kej 1: 26) ketika diadakan pembicaraan dalam majelis surgawi “anak-anak Allah,” yang memuji dan melayaninya (bdk Yes 6), baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita” – gambar dan rupa, menyerupai Allah, “laki-laki dan perempuan diciptakan mereka.
Alur cerita yang paradoks
Kalau kita teliti dan kritis membaca kitab ini, kita akan menemukan suatu paradoks dalam alur ceritanya, bagaimana mungkin ada sinar pada hari pertama kalau matahari baru diciptakan pada hari keempat? Dari keunikkan ini, kita bisa bertanya lagi, apakah kisah penciptaan ini benar-benar terjadi?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus tahu bahwa kitab suci bukanlah suatu buku hasil dari suatu penelitian, artinya membaca Kitab Suci bukan sebagai buku ilmiah atau berita dari saksi mata yang mengamati secara langsung suatu peristiwa tetapi kisah tersebut mengungkapkan iman kepercayaan bahwa kehidupan semua makhluk itu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Dengan demikian, kisah tersebut bukanlah cerita saksi mata dari karya penciptaan itu, melainkan menunjukkan fakta penciptaan itu, dan semua disajikan dengan rapi sesuai dengan cara orang Israel bekerja di zaman dahulu; bekerja selama enem hari dan istirahat pada hari ketujuh sesuai dengan perintah Tuhan.
Oleh karena itu, cerita itu memang tidak menyampaikan kisah nyata, bahwa begitulah sesungguhnya peristiwa itu terjadi. Tidak dimaksudkan untuk mengatakan, “inilah sebenarnya yang terjadi.” Namun pertanyaan kita sangat dibutuhkan untuk memahami maksud dari isi kisah tersebut.
Supaya kita tidak hanya membaca tetapi kita berusaha memahaminya secara kritis sehingga kita dapat mempertanggungjawabkan iman kita juga kepada orang lain, dan keyakinan kita memiliki dasar dan mampu menjawab pertanyaan orang dengan baik (A/D).
Albertus Dino
Supaya kita tidak hanya membaca tetapi kita berusaha memahaminya secara kritis sehingga kita dapat mempertanggungjawabkan iman kita juga kepada orang lain, dan keyakinan kita memiliki dasar dan mampu menjawab pertanyaan orang dengan baik (A/D).
Albertus Dino
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment