filsafat
Headline
Gerakan Sosial dalam Konteks Agama, Negara dan Kehidupan Masyarakat
Thursday, September 28, 2017
0
Suatu negara yang memiliki budaya dan agama yang pluralakan mengalami persatuan dan perdamaian apabila setiap orang saling menghormati dan melayani satu sama lain sebagai satu komunitas yang memiliki kekhasan masing-masing untuk menciptakan kehidupan bersama yang damai dan sejahtera. Namun apabila melihat pada realitas kehidupan masyarakat dari generasi ke generasi, berbagai macam peristiwa penindasanterjadi di mana-mana karena masing-masing orang, dengan keegoisannya, membawa kepentingannya pribadinyadalam menjalankan tugas publik sehingga masyarakat menjadi korban.
Dinamika gejala sosial seperti penindasan terhadap masyarakat yang dilakukan oleh penguasan atau kelompok tertentu yang mendominasi, dapat menciptakan kesenjangan sosial dan akhirnya berdampak pada gerakan sosial sebagai bentuk perlawanan.Gerakan sosial tersebut muncul dari kesadarana masyarakat atas perilaku penguasa yang melakukan ketidakadilan terhadap kepentingan bersama dalam masyarakat. Oleh karena itu dalam tulisan ini akan membahas beberapa kasus mengenai gerakan sosial yang menciptakan suatu perubahan sistem dalam kehidupan bersama. Beberapa kasus itu akan dibahas secara komprehensif dengan melihat gejala sosial yang terjadi dan apa yang menyebabkan gerakan sosial itu terjadi.
II. Pengertian Gerakan Sosial
Dalam sosiologi, gerakan sosial dipahami sebagai suatu bentuk perilaku kolektif tertentu untuk melawan kebijakkan merusak tatanan kehidupan bersama. Atau dapat dikatakan bahwa gerakan sosial sebagai suatu aktivitas kelompok tertentu dalam bentuk organisasi yang informal, yang secara khusus berfokus pada isu-sisu sosial, politik maupun agama dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial. Gerakan sosial itu lahir dari reaksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan rakyat atau menginginkan perubahan kebijakan karena dinilai tidak adil.
Gerakan sosial adalah suatu upaya yang kurang lebih keras dan teroganisir yang dilakukan oleh orang-orang yang realtif besar jumlahnya, entah untuk menimbulkan perubahan, entah untuk menentangnya. Dalam gerakan itu, ada sekelompok besar rakyat yang terlibat secara sadaruntuk menuntaskan sebuah proses perubahan sosial. Selanjutnya gerakan sosial inimenjadi suatu gelombang pergerakan dari individu-individu, kelompok yang mempunyai tujuanyang sama yaitu suatu perubahan sosial.Indikasi awal untuk menangkap gejala sosial tersebut adalah dengan mengenali terjadinya perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat. Dalam prakteknya suatu gerakan sosial dapat diketahui terutama lewat banyak organisasi baru yang terbentuk, dan bertambahnya anggota dalam suatu organisasi gerakan.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa gerakan sosial itu merupakan hasil tanggapan atau respon terhadap adanya gejala sosial, sebagai gerakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif. Gerakan sosial lahir dari suatu kesadaran sekelompok orang atas kepentingannya, karena adanya ketidakadailan atau ketidakpuasan terhadap penguasa dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat oleh penguasa atau penguasa tertentu.Sifatnya terorganisir dan lebih memiliki tujuan untuk kepentingan bersama.
Namun perlu dicatat bahwa gerakan sosial tidak sama dengan gerakan politik. Gerakan sosial itu gerakan yang menyeluruh atau memiliki cakupan yang luas, lahir dan diinisiasi oleh beberapa individu atau kelompok masyarakat (para cendikiawan atau kaum intelek) yang memiliki kesadaran untuk memperhatikan masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan gerakan politik berada dalam gerakan sosial dan dipelopori para elit politik demi kepentingan politik saja. Geakan sosial dapat melahirkan suatu masyarakat yang semakin terbuka atau malah sebaliknya masyarakat menjadi semakin terbuka. Hal tersebut sering kali terjadi karena berbagai motif dengan mengatasnamakan gerakan sosial tetapi kenyataannya demi kepentingan agama. Politik, dan sebagainya.Tetapi pada dasarnta, gerakan sosial itu dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Untuk itu dibawah ini akan memberi gambaran sedikit mengenai faktor-faktor yang menyebabkan gerakans sosial itu dan kemudian akan dikonkritkan dalam beberapa kasus.
III. Faktor-Faktor Penyebab Gerakan Sosial
3.1 Marjinalitas
Gejala sosial seperti tindakan diskriminasi dan penindasan terhadap masyarakat dapat menciptakan gerakan sosial. Hal tersebut dikatakan Max Weberbahwa gerakan sosial itu muncul dari suatu kelompok yang merasa dimarjinalkan atau dipinggirkan dalam kehidupan masyarakat. Biasa anggota kelompok ini merasa tidak mendapat penghargaan yang merupakan hak mereka. Sedang menurut Bryan Wilson,gerakan sosial terjadi karena keanekaragaman situasi dapatmenuntun kepada marjinalisasi kelompok tertentu dalam masyarakat.[3]Misalnya perkembangan suatu sekte baru dari suatu agama. Mereka berusaha mencari anggota dengan berbagai macam cara seperti menawarkan suatu jaminan hidup kepada kelompok marjinal. Tokoh-tokoh sekte itu akan mendorong kelompok marjinal untuk melakukan gerakan sosial sebagai suatu perlawanan terhadap kebijakan dalam suatu negara yang membatas ruang gerak kelompok tertentu.
3.2 Deprivasi
Gerakan sosial muncul dari kesenjangan antara harapan masyarakat dan kenyataan. Banyak orang menderita deprivasi seperti kekurangan, kehilangan dan penderitaan di bidang sosial, ekonomi dan politik. Adanya deprivasi relatif karena terjadi kesenjangan antara harapan masyarakat dengan keadaan nyata yang dihadapi. Situasi kesenjangan itu digambarkan oleh Roy Wallis yang mengatakan bahwa orang melakukan gerakan sosial untuk mendapat keselamatan dari kebijakan komunitas yang ditawarkan oleh suatu sekte. Masyarakat melakukan perlawanan terhadap kebijakan yang tidak sesuai dengan kepentingan banya orang maka salah satu cara supaya kebijakan itu tidak diwujudkan dalam kehidupan bersama adalah melakukan gerakan sosial.
3.3 Mobilisasi Sumber Daya Manusia
Mobilisasi Sumber Daya Manusia, artinya Keterlibatan orang-orang dalam suatu gerakan sosial bukan karena mereka teralienasi, tetapi sebagai suatu tanggapan terhadap suatu proses pengambilan keputusan yang rasional. Cerminan kesadaran para partisipan untuk berpatisispasi dalam pembangunan dan rekonstruksi masyarakat mereka.oleh karean itu gerakan sosial akan berhasil sanagt bergantuk pada kepemimpinan, organisasi, dan taktik dalam melakukan gerakan sosial itu.
IV. Beberapa Contoh Kasus Gerakan Sosial
4.1 Revolusi Iran
4.1.1 Sejarah singkat
Revolusi Iran merupkan revolusi yang terjadi pada Januari 1978-Februari 1979. Revolusi ini biasa juga disebut sebagai revolusi Islam, yang membawa perubahan dalam sistem pemerintahan Iran dari Monarki menjadi Republik Islam. Sebelum Iran menjadi negara republik Islam pada tahun 1979, negara ini diperintah oleh seorang pemimpin otokrat tulen, yakni Reza Khan. “Ia memperoleh kekuasaannya lewat kudeta terhadap pemerintahan kekuasaan Qajar pada tahun 1925. Ia mendirikan suatu pemerintahan dengan dinasti Pahlevi (sampai revolusi).”
Sejak Reza Khan memerintah, Ia melaksanakan modernisasi secara besar-besaran dalam berbagai bidang, misalnya dalam bidang pendidikan, militer, industri dan pertanian yang dipengaruhi oleh negara Barat. Namun modernisasi yang dilaksanakan oleh Reza Khan tidak berhasil dengan baik karena beberapa faktor. Pertama, kegiatan ekonomi pada bidang industri dimonopoli oleh pemerintah dengan tidak memperhatikan kualitas produksi, sehingga tidak mampu bersaing dengan hasil produksi dari negara lain dan kehilangan pasaran. Faktor kedua adalah kelambanan birokratik dalam menlihat pelambatan ekonomi. Faktor ketiga adalah program pembaharuan pertanian dijalankan tidak maksimal pada akhirnya menimbulkan kesenjangan antara pemilik modal dan petani kecil.
Pemerintahan Reza Khan diperparah oleh pecahnya perang dunia II. Program-program yang telah dirancang menjadi kacau balau. Reza Khan terlibat dalam perang dunia II, yakni memiliki simpati terhadap Rusia yang sedang berperang melawan sekutu. Oleh karena itu sekutu melakukan intervensi terhadap Iran. Tekanan sekutu memaksa Reza Khan untuk turun tahta pada tahun 1941, sehingga Iran dibagi menjadi tiga wilayah, yakni sebelah utara diduduki Soviet, sebelah selatan diduduki Inggris dan daerah Teheran dan daerah-daerah lainnya bebas.
Pemerintahan Reza Khan dilanjutkan oleh putranya yang bernama Mohammad Reza Pahlevi. Ia masih melanjutkan dinasti yang didirikan oleh ayahnya, yakni dinasti Pahlevi. Raja baru ini sudah mulai menaati konstitusi. Namun pemerintahan ini lebih otokratik dan diktatorial dan menampilkan suatu pemerintahan yang kejam. Pemerinthan ini tidak berlangsung lama yang dalam perkembangan selanjutnya menjadi Syah Iran.Pada masa pemerintahan Muhammad Reza Shah lahirlah kelompok-kelompok yang menentang pemerintahan yang korup. Mereka juga tidak suka dengan masuknya Amerika pada tahun 1943 ke Iran. Pemerintah tetap memberi izin kepada Amerika untuk masuk ke Iran dan bahkan mengambil penasihat militer dari Amerika. Sikap pemerintah inilah yang membuat rakyat semakin menjadi marah.
Akhirnya pecahlah suatu revolusi yang sangat mengejutkan dunia yakni revolusi Iran. Revolusi ini berlangsung di bawah pemimpin Ayahtullah Agung Ruhollah Khomeini. Revolusi ini membawa Iran kepada suatu bentuk yang baru yakni Republik Islam. Revolusi Iran bahkan menjadi revolusi ketiga terbesar dalam sejarah setelah Revolusi Rusia dan Bolshevik. Revolusi ini dimulai dengan demonstrasi besar-besaran dan berakhir dengan disetujuinya Konstitusi Teokrasi. Kejatuhan dinasti Pahlevi pada 11 Februari menandai berdirinya negara Republik Islam secara Resmi pada tanggal 11 April 1979.
4.1.2 Penyebab Revolusi Iran
Pemerintahan Syah di Iran yang diktator dan kejam telah membawa suatu kebencian yang sangat mendalam bagi rakyat. Ditambah lagi dengan masuknya Amerika yang mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah untuk memperoleh keuntungan besar. Terjalinnya kerja sama antara Amerika dan pemerintah menambah kebencian rakyat. Rasa benci dan tidak suka tersebut berujung pada revolusi Iran yang disebabkan oleh beberapa faktor berikut.
Pertama, “Amerika telah memengaruhi politik Syah dengan menempatkan penasihat militernya di dalam pemerintahan serta menguasai sekitar 40 % minyak Iran yang sebelumnya dikuasai Inggris”. Pengaruh Amerika yang mencolok ini menumbuhkan kebencian yang dalam bagi rakyat Iran. Kedua, Pemerintahan Syah terus merosot menjadi pemerintahan yang represif dan dikatatorial. Pemerintahan Syah bekerjasama dengan negara Barat walaupun merugikan negaranya sendiri. Syah berani bekerja sama karena mendapat jaminan dari militer Barat. Barat memuji Syah sebagai pemimpin yang progresif dan mempunyai wawasan yang jauh lebih modern. Pemerintahan Syah mengeluarkan program yang ambisius sehingga mereka sangat tergantung pada pengaruh Barat. Program-program ini menguntungkan Barat dan merugikan Iran.
Ketiga, terbentuknya aparat keamanan SAVAK yang bengis dan kejam dalam melakukan penindakan bagi oposisi yang mengeritik pemerintahan Syah. Aparat ini melakukan kegiatan yang sungguh biadap. Mereka menangkap dan menyiksa penantang pemerintah dengan kejam dan tidak manusiawi. SAVAK sebenarnya mempunyai cara-cara persuasif tetapi yang menonjol adalah cara bengis dan kejam. Keempat, Lahirnya pemimpin-pemimpin kelompok dalam masyarakat, baik kelompok sosial, intelektual maupun kelompok religius yang menetang pemerintah dan menginginkan suatu pembaharuan total dalam pemerintahan Iran yang memihak pada rakyat. Para pemimpin ini menawarkan suatu gagasan-gagasan yang mudah dicerna oleh masyarakat sehingga mendapat dukungan luar biasa. Kegagalan Syah memperbaiki pemerataan sosial-ekonomi, menegakkan keadilan sosial dan menumbuhkan partisipasi rakyat akhirnya membuat rakyat Iran bersikap anti-Syah, anti Barat dan juga pemikiran-pemikiran barat yang sekularistik.
Rakyat yang berada dalam suatu penderitaan yang mengerikan, membutuhkan suatu pembebasan yang dapat memperbaiki hidup mereka. Oleh karena itu, ketika muncul kelompok-kelompk yang menetang pemerintah, mereka sangat mendukung kelompok tersebut. Kelompok-kelompok (partai, kaum intelektual, buruh dan petani, sosial) yang sudah lama berjuang kemudian dipersatukan oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini yang juga sebagai pemimpin agama dalam melakukan suatu revolusi yang membawa Iran pada pemerintahan Islam Republik.
4.2 Revolusi Kaum Ikwanul Mesir
Ikhwanul Muslimin (IM) adalah satu gerakan Islam yang mengajak dan menuntut agar ditegakannya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW, dan diserukan oleh para salafus-soleh, bekerja dengan-NYA dan untuk-NYA, keyakinan yang bersih dan berakar teguh dalam hati, pemahaman yang benar secaraakal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik. Kini, gerakan IM tersebar ke seluruh dunia.
Al-Ikhwan Al-Muslimun tercatat sebagai salah satu organisasi politik yang terlibat dalam peristiwa penggulingan kekuasaan monarki terakhir di Mesir tersebut. Ikhwan berkerjasama dengan elemen “Perwira Bebas”(Free Officers), sejumlah elit menengah militer, yang menjadi aktor utama dalam peristiwa revolusi 1952. Pada awalnya Hasan Al Banna, Mursyid Am Ikhwan yang pertama, melakukan kontak dengan sejumlah perwira militer. Perkembangan menunjukkan hubungan ini menyentuh beberapa tokoh militer yang kemudian akan melibatkan Al-Muslimun dengan sebuah rencana revolusi yang sedang digagas oleh sejumlah elemen dalam tubuh militer Mesir.
Peru dipahami juga, Mesir merupakan salah satu negara dengan sejarah peradaban tertua di dunia, tapi sayangnya hal tersebut tidak menjamin Mesir sebagai suatu negara yang memiliki peradaban baik.Sejak tergulingnya Presiden Husni Mubarak tahun 2011 lalu, Mesir senantiasa bergejolak. Runtuhnya rezim Mubarak yang dianggap korup dan terpilihnya Muhammad Mursi sebagai Presiden menggantikan Mubarak, ternyata tak mampu meredam gejolak, malahjustru makin membuat Mesir membara. Revolusi dan militer agaknya merupakan dua kalimat ajaib yang senantiasa mengiringi perjalanan sejarah Mesir modern. Dan di antaranya ada Ikhwanul Muslimin yang juga memiliki peran besar dalam sejarah modern Mesir.
Kepemerintahan Mubarak yang dinilai korup membuat demonstrasi kembali terjadi. Terdapat dua kali dalam masa pemerintahan Mubarak ini, militer melakukan intervensi atas permintaan Mubarak. Pertama pada 1986 ketikaterjadi pemberontakan terhadap Mubarak dan yang kedua adalah pada 25 Januari 2011 ketikaterjadi demonstrasi besar-besaran. Kewalahan menghadapi demonstrasi massa besar-besaran ini, Mubarak meminta bantuan militer tetpi rupanya militer tak sepenuhnya berniat memenuhi permintaan Mubarak karena justru pada akhirnya militer justru membantu para demonstran dengan menumbangkan rezim Mubarak.
Tumbangnya Mubarak dan terpilihnya Muhammad Mursi dari Ikhwanul Muslimin membawa faksi Islam terbesar di Mesir ini akhirnya memegang peranan. Namun masa pemerintahan Mursi, gejolak demonstrasi tak kunjung padam walaupun Mursi mendapatkan 51, 7% suara yang menjadikan Mursi sebagai Presiden sipil Mesir yang pertama lewat sistem pemilihan yang demokratis. Hal tersebut terjadi karena pihak oposisi menganggap ada kecurangan. Selain itu oposisi juga tak suka dengan tindakan Mursi yang dianggap terlalu mengistimewakan Ikhwanul Muslimin yang menguasai seluruh segi legislatif hingga menimbulkan ketidakpuasan di pihak oposisi.
Kepemimpinan Mursi makin panas saat ia mengeluarkan dekrit yang memberikan kekuasaan terpusat pada dirinya sendiri pada 22 November 2012 sehingga menimbulkan anggapan Mursi berniat menjadi diktator baru. Akibatnya demonstrasi besar kembali terjadi. Mursi akhirnya mencabut dekrit itu pada 8 Desember 2012 tapi itu pun rupanya kebencian yang sudah terlanjur itutidakmudah dipadamkan. Akhirnya pada ulang tahun pertama pasca revolusi tumbangnya rezim Mubarak, demo besar-besaran terjadi dan kali ini agendanya adalah menggulingkan Muhammad Mursi. Sebuah ironi, Mursi harus tumbang persis seperti yang terjadi pada pendahulunya, Husni Mubarak dalam sebuah aksi kudeta militer.
4.3 Gerakan EDSA di Filipina
Revolusi EDSA merupakan sebuah revolusi massa di Filipina pada tahun 1986 mengakhiri rezim otoriter dibawa pimpinan Presiden Ferdinand Marcos dan pengangkatan Corazon Aquino sebagai Presiden baru. Meski sebuah demontrasi penolakan terhadap pemerintahan yang otoriter, demontrasi tersebut dibuat secara damai karena tidak memakai kekerasan. EDSA merupakan singkatan dari Epifanio De los Santos Avenue, nama jalan di Metro Manila tempat demonstrasi berlangsung.
Revolusi EDSA bermula ketika dua pemimpin kunci militer yaitu menteri pertahanan Juan Ponce Inrile dan wakil ketua angkatan bersenjata Fidel Ramos menarik dukungan kepada F. Marcos. Mereka menuduh marcos bertindak curang pada pemilhan sebelumya. Selain itu, gaya kepimpinan Marcos yang condong otoriter, memasukan banyak aktivis kedalam penjara lantaran mereka dengan vokal menolak kebijakan Marcos yang kurang pro rakyat serta praktik korupsi yang dilakukan orang-orang terdekatnya menjadi alasan utama kedua pemimpin kunci militer tersebut menolak untuk memberikan dukungan kepada Marcos. Dengan kata lain, mereka menjadi kubu oposisi yang menentang segalah kebijakan Marcos.
Pada tanggal 21 Agustus 1983, Benigno Aquino sebagai seorang politisi senator pro demokratik di bunuh pada Manila International Airport, setelah pulang dari pengasingan selama 3 tahun di US. Alasan pembunuhan tersebut adalah karena dia sangat menentang sistem pemerintahan kediktatoran Marcos. Pembunuhan terhadap Benigno inilah yang menjadi penyebab gerakan massa yang luar biasa, sehingga pada tahun 1983-1986 terjadi demontrasi yang sangat besar menentang pemerintahan Marcos.
Di tengah situasi semacam ini, pada Novembar 1985, Marcos mengumumkan penundahan pemilihan Presiden selama dua bulan lebih. Pengumuman tersebut memperuncing kebencian rakyat ketika pada tanggal 15 Februari KPU Filipina menyampaikan kemenangan Marcos. Keberhasilan Marcos tidak diakui oleh semua rakayat yang berseberangan dengan Marcos. Mereka beranggapan, Marcos telah melakukan kecurangan dan memakai waktu penundahaan pemilihan untuk merancang semua agenda yang tidak diinginkan tersebut.
Dengan dinamika seperti itu, Revolusi EDSA merupakan salah satu bentuk Reformative Movement. Artinya sebuah gerekan massa yang menginginkan sebuah perubahan sistem misalnya sistem pemerintahan otoriter Marcos yang tidak pro demokrasi sehingga rakyat merasa termarginalisasi. Karena sistem yang ditegakkan dirasa tidak adil dan merupakan sebuah penindasan. Max Weber, seorang sosiolog Jerman beranggapan bahwa suatu gerakan sosial pada umumnya datang dari kelompok atau mereka yang merasa dimarjinalkanatau dipinggirkan dalam kehidupan sosial masyarakat. Mereka merasa tidak menerima penghargaan dari pemerintah dan kebebasan mereka tidak mendapat tempat dalam sebuah kehidupan sosial.
Gerakan ini yang hendak diubah bukan perorangan melainkan masyarakat yang hanya mencakup segi-segi tertentu dalam masyarakat. biasanya berusaha untuk mencapai tujuan pada perubahan dalam sistemnya. Akan tetapi, tidak berusaha menghancurkannya. Mereka akan mencoba menantang hukum yang mereka anggap tidak adil tetapi tidak menggunakan kekerasan.
4.4 Gerakan Evangelika Protestan di Brazil
Brazil merupakan negara dengan pupulasi penduduk beragama Katolik terbesar di dunia. Hal itu merupakan sebuah konsekuensi di mana Brazil pernah dijajah oleh Portugis sebagai penabur benih kekatolikan di daerah tersebut. Tradisi Gereja Katolik berakar kuat di tanah Brazil sampai nilai-nilai dalam Gereja Katolik dijadikan sebagai preferensi moral politis untuk menata dan mengelola kehidupan politik di negri tersebut. Namun, dalam tiga dekade terakhir, kekatolikan tersebut semakin menghilang dan kehidupan orang Brazil semakin diwarnai oleh sebuah nilai moral baru dari ajaran Protestan Evangelika. Perubahan konstelasi kehidupan ini disebabkan oleh kegagalan Gereja Katolik sebagai preferensi nilai hidup untuk mengatur dan mengurus kehidupan bersama kepada cita-cita hidup bersama. Marak dan massifnya praktek korupsi menjadikan hidup masyarakat Brazil semakin menderita. Cita-cita kehidupan akan kesejahteraan semakin jauh dari panggang api. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya krisis dalam berbagai lini kehidupan sosial masyarakat Brazil yang pada akhirnya menimbulkan sebuah sikap anti pemerintahan.
Berhadapan dengan kondisi kehidupan yang semakin ambruk seperti itu muncul sebuah gerakan yang menawarkan nilai baru dari aliran Evangelika Protestan yang dipelopori oleh berbagai pemimpin karismatik dari aliran tersebut. Para pemimpin karismatik Evangeli tersebut mewartakan sebuah cara hidup baru dengan semangat injili di tengah kehidupan orangBrazil. Mereka menawarkan sebuah transformasi injili untuk dapat mengubah dan mengantarkan kehidupan kepada harapan dan cita-cita hidup yang diharapkan yaitu kesejahteraan. Tawaran para pemimpin karismatik tersebut ternyata mendapat respon yang baik dari masyarakat Brazil. Mereka mulai meninggalkan Gereja Katolik dan masuk untuk bergabung dengan Evangelika Protestan. Akibat dari perubahan ini, terjadi suatu perubahan besar dalam kehidupan orang Brazil. Identitas Brazil sebagai negara dengan penduduk Katolik Roma terbesar di dunia menjadi hilang. Brazil telah didominasi oleh Evangelika Protestan. Hal tersebut juga telah memengaruhi kehidupan politis Brazil. Nilai-nilai dalam kehidupan politis berubah tidak lagi digerakkan oleh nilai moral Katolik melainkan oleh semangat injili dari aliran Evangelika Protestan.
V. Penutup
Gerakan sosial merupakan gerakan yang berlangsung lama dan dimaksudkan untuk mendukung atau tidak mendukung hal-hal tertentu dan terarah pada sebuah perubahan sosial. Gerakan sosial bisa saja memperjuangkan isu-isu yang bersifat publik. Setiap gerakan sosial hampir selalu mendapat perlawanan dari kelompok-kelompok yang mempertahankan Status Quo. Revolusi Iran (juga dikenal dengan sebutan Revolusi Islam Iran), yang merupakan revolusi yang mengubah Iran dari Monarki (kerajaan) di bawah Shah Mohammad Reza Pahlavi, menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini sebagai pemimpin revolusi dan pendiri Republik Islam Iran. Revolusi Iran ini memiliki keunikkan tersendiri karena mengejutkan seluruh dunia. Revolusi Iran menghasilkan perubahan yang sangat besar dengan kecepatan tinggi; mengalahkan sebuah rezim, walaupun rezim tersebut dilindungi oleh angkatan bersenjata yang dibiayai besar-besaran dan pasukan keamanan; dan mengganti monarki kuno dengan ajaran teokrasi.
Revolusi EDSA (Epifanio De Los Santos Avenue) merupakan gerakan rakyat melawan Marcos yang disebut “semangat People power,” semangat anti kekerasan. Marcos adalah Presiden pertama Filipina yang dipilih dan menjabat sebagai Presiden selama dua masa bakti berturut-turut (1965dan 1969). Konstitusi tidak menginginkan Marcos untuk menjadi Presiden untuk ketiga kalinya. Berdasarkan dekrit undang-undang darurat perang, ia menjadikan dirinya sebagai Presiden tanpa batas waktu. Pada pertengahan tahun 1980-an keadaan Filipina semakin kacau. Rakyat mulai merasakan dampaknya yaitu dengan banyaknya masyarakat yang mengalami gizi buruk. Revolusi lain terjadi di Brazil, sekelompok umat Kristen di Brazil mengadakan sebuah gerakan keimanan barur. Gerakan yang dinamakan "Reformasi Protestan Baru" ini menurut kelompok pelopor yang bernama “I Want a Church” ini lahir dari pandangan mereka yang Kristosentrik, artinya doktrin Kristen mereka berfokus dan berorientasi pada Yesus Kristus semata. Mereka mengaku, gerakan ini bertujuan untuk mematahkan batasan-batasan yang ada dalam gereja-gereja akibat perbedaan denominasi.
Oleh Albertus Dino
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Syafiq. Iran Pasca Revolusi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987.
Maran, Rafael Raga. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Haralambos, Michael, dan Martin Holborn. Sociology: Themes and perspectives. London:HarrperCollins publishers limited, 2008.
Adhe Nuansa Wibisono, Al-Ikhwan Al-MuslimundanRevolusiMesir 1952, www.anwibisnono.com.
Herny Yahya, Mesir di Antara Revolusi, Militer, Dan Ikhwanul Muslimin, www.hernyyahya.blogspot.co.id
MuhamadAsroryMulkidanHerdiSahrasad, Gerakan Agama danPolitik di Mesir: RefleksiatasIkwanMuslimindanRevolusiPemudaTahrir Square di Kairo, Jakarta :PusatStudi Islam danKenegaraan (PSIK) UniversitasParamadina, 2014
Ustaz Abdul Halim Abdulla, Sejarah Ikwanul Mesir, https://inijalanku.wordpress.com/parti2/sejarah-ringkas-ikhwan-muslimin.
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment