Headline
Teologi
Ekaristi Sebagai Sumber Dan Puncak Seluruh Kehidupan Kristiani
Saturday, December 17, 2016
0
Dalam Ekaristi, kita merayakan kenangan akan wafat dan kebangkitan kristus yang disebut sebagai misteri paskah. Umat Kristiani berkumpul dan bersatu dalam Gereja, merayakan misteri keselamatan yang hadir dalam rupa roti dan anggur. Perayaan tersebut menjadi perayaan bersama sebagai sumber kekuatan iman seluruh kehidupan umat kristiani. Karena kristus sendiri pada perjamuan malam terakhir, menetapkan ekaristi sebagai tanda kenangan yang dipecayakan kristus kepada Gereja sebagai mempelai-Nya (KGH 13224).
Kenangan tersebut diwariskan dan dirayakan terus-menerus oleh Gereja sebagai sumber kekuatan untuk mewartakan kristus dan juga mempersatukan umat Allah. Perayaan ekaristi itu juga dipahami sebagai sarana untuk meneruskan iman yang telah ada dalam tradisi Gereja. Oleh karena itudalam tulisan ini, penulis akan membahas mengenai Ekaristi sebagai sakramen puncak kebersamaan dengan Tuhan dan sesame, serta melihat bagaimana Ekaristi itu sebagai salah satu sarana komunikasi iman dari generasi ke generasi.
Ekaristi Sebagai Sakramen Puncak Kebersamaan Dengan Tuhan dan Sesama
Ekaristi merupakan perayaan kenangan dan sakramen karya keselamatan Allah yang memuncak dalam misteri paskah Kristus dalam bentuk perjamuan bersama. Dalam perayaan Ekaristi itu, semua kegiatan lain memperoleh sumber rahmat dan kekuatannya dan sekaligus terarah atau mengalir kepadanya.
Melalui Ekaristi, umat berhimpun dalam satu persekutuan merayakan bersama misteri keselamatan sebagai sumber kekuatan iman. Oleh karena itu Ekaristi merupakan Gereja dalam bentuk sakramen, tanda persatuan dengan Allah dan kesatuan antar manusia. Perayaan Ekaristi sebagai perayaan bersama yang mempersatukan Umat Allah dan melalui perayaan tersebut, Umat Allah menimba kekuatan dan semangat baru untuk mewartakan keselamatan ke tengah dunia. Untuk mendapat pemahaman yang lebih jelas mengenai Ekaristi sebagai sakramen kebersamaan dengan Tuhan dan sesama maka saya menganalogikannya dengan sebuah perjamuan bersama dalam kehidupan keluarga.
Dari pengalaman hidup sehari-hari, salah satu acara yang mempersatukan dan bahkan menjadi puncak pertemuan seluruh anggota keluarga adalah acara makan bersama (pada malam hari). Orang boleh bekerja seharian. Dari pagi sampai sore, bapa dan ibu bekerja di tempat kerjanya masing-masing, anak-anak pergi ke sekolah atau kuliah. Tetapi pada makan malam bersama biasanya keluarga yang baik mengusahakan diri untuk berkumpul bersama dan mengadakan perjamuan bersama.
Dengan makan bersama, suasana persaudaraan dan keakraban sebagai satu keluarga dibangun dan dikembangkan serta diteguhkan lagi. Momen makan bersama itu menjadi kesempatan berharga bagi setiap anggota keluarga untuk berbagi dan bercerita mengenai pengalaman aktivitas mereka masing-masing pada hari itu atau kesempatan itu bisa digunakan untuk mencurahkan isi hati dari mereka kepada seluruh anggota keluarga, sehingga setiap anggota keluarga merasa dikuatkan, semangatnya dikobarkan kembali dan terutama persaudaraan atau kebersamaan dibangun kembali.
Demikian juga, Ekaristi yang merupakan suatu perjamuan sakramental menjadi puncak acara seluruh orang kristiani. Dalam perjamuan Ekaristi, Yesus Kristus bertindak sekaligus sebagai tuan rumah dan hidangan utamanya sehingga semua yang hadir, yakni umat beriman, dapat mengalami kebersamaan hidup yang penuh dan utuh dengan Allah dan sesama. Yesus Kristus hadir dan bertindak bersama dan dengan Gereja, karena Kristus dan Gereja-Nya adalah subjek dan pelaksana perayaan Ekaristi itu.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Ekaristi menjadi puncak perayaan kebersamaan dengan Allah melalui Yesus Kristus. Di situ Gereja menampakkan hakikat aslinya sebagai Gereja (SC 2), yakni Gereja yang menjadi sakramen kebersamaan dengan kristus. Misteri Ekaristi adalah misteri Tuhan yang menjadi makanan bagi umat manusia agar manusia hidup dan bersatu dengan Dia dan sesamanya. Dengan menjadi makanan (Ekaristi), Tuhan masuk ke seluruh hidup manusia sampai sedalam-dalamnya sebagaimana tubuh (dan darah) Kristus yang hadir dalam rupa roti (dan anggur) itu, masuk ke dalam tubuh kita sesudah kita santap. Tuhan pun masuk ke dalam hidup manusia sedalam-dalamnya agar manusia bersatu dan bersama dengan Dia, dan berani berjuang dalam hidup sehari-hari berkat penyertaan-Nya yang merangkum dan meliputi semua itu.
Ekaristi Sebagai Sarana Komunikasi Iman
Berdasarkan ajaran tadisi, kehadiran Kristus dalam Ekaristi harus dihubungkan dengan iman gereja. Karena Gereja menjadi subyek utama yang menjaga warisan iman akan pemberian diri Allah yang penuh dalam pribadi Yesus Kristus yang senantiasa hidup hingga zaman ini. Dengan mengutip ajaran Konsili Vatikan II, Lumen Fidei menegaskan bahwa “Adapun apa yang telah diteruskan oleh para Rasul mencakup segala sesuatu yang membantu Umat Allah untuk menjalani hidup yang suci dan untuk berkembang dalam iman.
Demikian juga Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya melestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan dirinya seluruhnya, imannya yang utuh.” (DV 8). Lebih lanjut, Paus Fransiskus dalam Lumen Fidei menegaskan bahwa Gereja, seperti keluarga, menyampaikan kepada anak-anaknya keseluruhan simpanan akan kenangan-kenangannya (LF 40). Kenangan itu diwariskan melalui tradisi apostolik yang dipelihara dalam Gereja dengan bantuan Roh Kudus. Itu artinya bahwa gereja berkat bimbingan Roh Kudus bertugas meneruskan iman para rasul kepada umat manusia dari generasi ke generasi.
Gereja merayakan dan mewariskan kenangan itu dalam perayaan Ekaristi melalui kurban Kristus dalam rupa roti dan anggur. Dengan demikian perayaan Ekaristi merupakan suatu sarana komunikasi iman yang memberi terang baru yang lahir dari sebuah perjumpaan dengan Allah yang sejati. Melalui perayaan ekaristi, sebuah terang yang menyentuh kita pada inti keberadaan kita dan melibatkan pikiran-pikiran, keinginan-keinginan dan emosi-emosi kita, yang membuka kita pada hubungan-hubungan relasi yang dihidupkan di dalam persekutuan (LF 40).
Melalui perayaan Ekaristi, Umat Allah mampu melibatkan seluruh pribadi, tubuh dan roh, kehidupan batin dan hubungan-hubungan relasi dengan orang lain. Oleh karena itu, Ekaristi merupakan sarana yang mampu mengkomunikasikan sebuah kenangan inkarnasi, yang dihubungkan dengan waktu-waktu dan tempat-tempat dari kehidupan kita, yang dihubungkan dengan semua indra kita.dengan Ekaristi, seluruh pribadi kita dilibatkan sebagai anggota dari subyek, yaitu Kristus, yang hidup dan bagian dari sebuah jaringan hubungan relasi komunitarian (LF 40).
Kesimpulan
Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh kehidupan kristiani. Dalam Ekaristi, Umat Allah berkumpul dalam satu persekutuan merayakan bersama misteri keselamatan sebagai sumber kekuatan iman. Oleh karena itu, Ekaristi merupakan Gereja dalam bentuk sakramen, tanda persatuan dengan Allah dan kesatuan antar manusia. Perayaan Ekaristi sebagai perayaan bersama yang mempersatukan Umat Allah dan melalui perayaan tersebut, Umat Allah menimba kekuatan dan semangat baru untuk mewartakan keselamatan ke tengah dunia.
Dalam arti itu, Gereja menjadi subyek utama yang menjaga warisan iman akan pemberian diri Allah yang penuh dalam pribadi Yesus Kristus yang senantiasa hidup hingga zaman ini. Dengan demikian perayaan Ekaristi merupakan suatu sarana komunikasi iman yang memberi terang baru yang lahir dari sebuah perjumpaan dengan Allah yang sejati. Melalui perayaan ekaristi, sebuah terang yang menyentuh kita pada inti keberadaan kita dan melibatkan pikiran-pikiran, keinginan-keinginan dan emosi-emosi kita, yang membuka kita pada hubungan-hubungan relasi yang dihidupkan di dalam persekutuan. (A/D)
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Jacobus. Memahami liturgi. Jakarta: Cahaya Pineleng, 2011.
Martasudjiata, E. SAKRAMEN-SAKRAMEN GEREJA: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment