Ads Right Header

Hosting Unlimited Indonesia
Cloud Hosting Indonesia

Gestur Kemenangan (Keluaran 17:8 -13)

Gesture Kemenangan

Quote Amor - Sekelompok suku pengembara (orang Amalek) yang mendiami padang gurun antara Sinai dan barat-daya Palestina menganggap kedatangan bangsa Israel sebagai sebuah ancaman yang mesti disingkirkan. Keresahan orang Amalek atas situasi tersebut berujung pada penyerangan kepada bangsa Israel.

Perang tersebut tentunya sangat merugikan bangsa Israel sebab secara fisik mereka sedang kelelahan karena panjangnya perjalanan yang dilalui (Ul. 25:18), apa lagi perang melawan orang Amalek merupakan pengalaman pertama setelah keluar dari tanah Mesir (Butler, Analytical Bible Expositor, Exodus, 2008).

Keadaan ini semakin diperburuk dengan tidak adanya tentara terlatih di kubuh Israel. Gambaran ini sangat jelas ketika Musa berkata pililah orang-orang kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek (Kel. 17:9). Kata “memilih” menunjukan Israel belum mempersiapkan pasukan khusus dalam bertahan dan menyerang (bdk., 1Sam 28:19).

Melihat situasi yang kurang menguntungkan, Musa merencanakan sebuah strategi perang yang tidak biasa, Ia bersama Harun dan Hur menuju puncak gunung sebaliknya Yosua beserta rombongannya menuju medan pertempuran. Mengapa Musa tidak menyertai Yosua ke medan perang? Mengapa ia menuju puncak gunung?

Jawaban dari pertanyaan tersebut erat kaitannya dengan keyakinan Israel kuno yang beranggapan bahwa gunung adalah titik pertemuan antara surga dan bumi (bdk. Yes14:13) (Xavier Leon-Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Kanisius; Yogyakarta, 1990), tempat YHWH bersemayam (Mzm 24:3), dan disitulah mereka mempersembahkan kurban bagi-Nya (Kej 22:22).

Dengan demikian menjadi jelas mengapa Musa menuju puncak gunung yakni untuk meminta bantuan YHWH. Sebab ia mempercayai bahwa kemenangan dalam perang tidak tergantung pada besar dan kuatnya pasukan tetapi hanya karena YHWH (bdk.,Zak 4:6).

Jawaban yang diberikan YHWH atas permintaan untuk memenangkan perang di luar dugaan. Kemenangan tersebut amat tergantung pada gesture  ambigu yang dilakukan Musa. Jika Musa mengangkat tangan sembari mengacungkan tongkatnya (bdk.,Yos 8:18,26) maka Isreal semakin kuat, sebaliknya apabila Musa menurunkan tangannya maka semakin kuatlah orang Amalek. Beberapa ahli kitab suci berpendapat bahwa gesture Musa merupakan sebuah sikap doa kepada YHWH (bdk., Kel 9:29) (Waldemar Janzen, Believers Church Bible Commentary, Exodus, Waterloo, Ontario; Herald Press, 200).

Jika direfleksikan lebih dalam gesture Musa di atas puncak gunung merupakan sebuah gesture antisipasi akan persitiwa salib di puncak Golgota. Hal ini tersingkap dalam olok-olokan di bawah kaki salib; … jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu! (Mat 27:40).

Selaras dengan Musa yang tetap mengangkat tangan dan enggan menurunkannya, Yesus pun tetap setia merentangkan/ mengangkat tangan-Nya di atas salib. Bujukan untuk “turun” (berhenti merentangkan/ mengangkat tangan di salib) tidak dilakukannya.

Perasaan lelah oleh Musa (Kel 17:2) dan dahaga yang dialami Yesus (Yoh 19:28) tidak menjadi batu sandungan dalam mempertahankan gesture yang dikehendaki oleh Allah. Semua itu demi sebuah visi serupa yakni kemenangan. Kemenangan atas orang Amalek bagi Musa dan Kemenangan dunia atas dosa di dalam Yesus Kristus.


Oleh :  Agustinus Van Tawa 
Previous article
Next article

Leave Comments

Post a Comment

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel