Berita
film
Novel
Quote Amor
Sastra
Film Bumi Manusia: Cinta mengubah segalanya
Tuesday, August 13, 2019
0
Oleh : Albertus Dino
Quote Amor - Apakah Anda kenal dengan Pramoedya A.Toer. Kalau Anda seorang penikmat sastra, saya yakin pasti Anda sudah kenal dengan sastrawan sekaligus sejarawan ini. Dia telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan sudah diterjemah di berbagai bahasa.
Salah satu novelnya yang sangat terkenal dan legendaris, "Bumi Manusia" telah memberikan inspirasi bagi pencinta dan penikmat sastra. Dalam novel itu, Anantar Toer sangat lihai merangkai kisah dengan kata-kata yang hidup sehingga pembaca sungguh masuk dalam alur kisahnya. Novel yang sudah mendunia ini, telah difilmkan dengan judul yang sama "Bumi Manusia" dan akan ditayangkan di bioskop, mulai 15 Agustus.
Film "Bumi Manusia" digarap oleh sutradara Hanung Bramantyo, yang sudah sangat terkenal di dunia perfilman Indoneisa. Sebelumnya Bramantyo telah menyutradarai beberapa film seperti Perahu Kertas (2012), Cinta tapi Beda (2012), Perahu Kertas 2 (2013), Rudy Habibie (2016), Kartini (2017), Benyamin Biang Kerok (2018), The Gift (2019) dan masih banyak lagi
Salah satu novelnya yang sangat terkenal dan legendaris, "Bumi Manusia" telah memberikan inspirasi bagi pencinta dan penikmat sastra. Dalam novel itu, Anantar Toer sangat lihai merangkai kisah dengan kata-kata yang hidup sehingga pembaca sungguh masuk dalam alur kisahnya. Novel yang sudah mendunia ini, telah difilmkan dengan judul yang sama "Bumi Manusia" dan akan ditayangkan di bioskop, mulai 15 Agustus.
Film "Bumi Manusia" digarap oleh sutradara Hanung Bramantyo, yang sudah sangat terkenal di dunia perfilman Indoneisa. Sebelumnya Bramantyo telah menyutradarai beberapa film seperti Perahu Kertas (2012), Cinta tapi Beda (2012), Perahu Kertas 2 (2013), Rudy Habibie (2016), Kartini (2017), Benyamin Biang Kerok (2018), The Gift (2019) dan masih banyak lagi
Film produksi Falcon Picture ini berdurasi 172 menit dan naskahnya ditulis oleh Salman Aristo. Film ini diperankan oleh Iqbaal Rahmadan, Mawar Eva De Jongh, Ine Febrianti, Ayu Laksmi dan Donny Damara.
Perjuangan Hidup di tengah Penindasan
Perjuangan Hidup di tengah Penindasan
Kalau Anda sudah pernah membaca novelnya, saya yakin pasti anda juga akan mengetahui bagaimana alur ceritanya. Film ini berkisah tentang dua anak manusia yang berjuang di atas panggung kekejaman kolonial pada awal abad ke-20.
Minke, seorang pribumi, Jawa totok jatuh cinta dengan seorang gadis blaster Indo. Kisah percintaan mereka berawal dari perjumpaan singkat ketika Minke diajak Robert Suurhoof untuk bertamu di rumah seorang gundik dari hartawan Belanda yang kaya raya di Surabaya.
Ternyata di rumah tersebut ada seorang gadis belia yang sangat cantik, Annelies Mellema. Gadis belia ini memiliki perawakan cantik, kulitnya putih, halus, berwajah Eropa, bermata pribumi. Sapaan Annelies menggetarkan perasaan Minke, walaupun sapaan itu cuma sebentar saja namun Minke langsung kikuk dan secara diam-diam mengaguminya.
Minke, seorang pribumi, Jawa totok jatuh cinta dengan seorang gadis blaster Indo. Kisah percintaan mereka berawal dari perjumpaan singkat ketika Minke diajak Robert Suurhoof untuk bertamu di rumah seorang gundik dari hartawan Belanda yang kaya raya di Surabaya.
Ternyata di rumah tersebut ada seorang gadis belia yang sangat cantik, Annelies Mellema. Gadis belia ini memiliki perawakan cantik, kulitnya putih, halus, berwajah Eropa, bermata pribumi. Sapaan Annelies menggetarkan perasaan Minke, walaupun sapaan itu cuma sebentar saja namun Minke langsung kikuk dan secara diam-diam mengaguminya.
Annelies Mellema adalah anak seorang Nyai sedangkan Minke adalah anak seorang Jawa totok yang baru diangkat menjadi Bupati. Karena status keluarga yang berbeda ini membuat ayah Minke menjadi marah dan sangat tidak setuju anaknya berhubungan dengan keluarga nyai Ontosoroh (Sha Ine Febrianti).
Apalagi status Nyai pada waktu itu dipandang sangat rendah, sama seperti binatang peliharaan, seorang gundik. Namun Minke sangat terkesan dengan Nyai, Ibu Annelies ini. Dia sangat berbeda dari Gundik yang lain.
Apalagi status Nyai pada waktu itu dipandang sangat rendah, sama seperti binatang peliharaan, seorang gundik. Namun Minke sangat terkesan dengan Nyai, Ibu Annelies ini. Dia sangat berbeda dari Gundik yang lain.
Dia terpelajar, paham berbagai bahasa, pandai, bijaksana, dan memiliki sikap yang terbuka. Minke menjadi sangat berkesan dengannya ketika Nyai Ontotosoroh membantunya melawan segala macam penindasan, khususnya ketika Minke dituduh sebagai pelaku pembunuhan atas kematian Herman Mellema.
Kematian Herman Mellema; Awal Konflik
Konflik mulai muncul ketika Herman Mellema, ayah dari Annelies, meninggal secara misterius. Peristiwa kematian misterius itu menimbulkan kecurigaan terhadap Minke oleh pemerintah Belanda, mulai dikaitkan bahwa kematian ayah Annelies mempunyai hubungannya dengan sosok Minke.
Tuduhan tersebut tidak diterima oleh Minke sehingga bersama Nyai Ontosoroh dan Annelies, dia berjuang membuktikan bahwa dia bukan pelaku pembunuh Herman Mellema. Minke keluar masuk pengadilan, berurusan dengan pengacara, bahkan sampai dia menulis berbagai artikel untuk menyuarakan perlawanannya.
Keberaniannya itu sangat didukung oleh Nyai Ontosoroh sehingga bagi Minke, Nyai adalah sosok yang mencerminkan modernisasi yang mulai muncul pada saat itu. Ketika keangkuhan hukum kolonial Belanda berusaha mengambil Annelies secara paksa dari Minke, Nyai Ontosoroh hadir mendorong Minke untuk melakukan perlawanan.
Keberaniannya itu sangat didukung oleh Nyai Ontosoroh sehingga bagi Minke, Nyai adalah sosok yang mencerminkan modernisasi yang mulai muncul pada saat itu. Ketika keangkuhan hukum kolonial Belanda berusaha mengambil Annelies secara paksa dari Minke, Nyai Ontosoroh hadir mendorong Minke untuk melakukan perlawanan.
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment