Berita
Renungan
HUT Yang Ke – 52 STFT Fajar Timur Dipanggil untuk Mewartakan Damai
Friday, October 11, 2019
0
Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur |
Quote Amor - Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur telah menjadi “garam dan terang bagi kehidupan masyarakat Papua, khususnya bagi perkembangan iman umat Katolik yang tersebar di seluruh wilayah Papua. “Fajar mulai menyingsing di Timur, menerangi Persada." Itulah sedikit syair lagu mars Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur Abepura Papua dan syair itu mengema dalam lubuk hati setiap insan yang menempuh ilmu di lembaga pendidikan ini. Syair yang menyentuh, sekaligus menjadi pedoman dalam setiap pribadi anak Cenderwasih.
Syair itu juga telah terbukti dengan keberadaan STFT yang masih eksis hingga saat ini. Tepat pada 10 Oktober 1967, melalui konferensi para uskup se-Irian Jaya, lembaga pendidikan ini didirikan dengan nama Akademi Teologi Katolik (ATK). Para pendiri ATK ini adalah Uskup Agung Merauke Mgr. Herman Tillemans MSC, Uskup Jayapura, Mgr. Dr. Rudolf Staverman OFM, Uskup Manokwari-Sorong, Mgr. Petrus van Diepen OSA.
Lembaga ini mulai didirikan pada sebidang tanah milik Keuskupan Jayapura yang terletak di jalan Yakonde dan jalan Sosiri, dengan tiga tenaga pengajar pertama yakni P. Dr. Herman Peters OFM sebagai Rektor, P. Dr. Andreas van Meegeren OSA dan P. Drs. Theo Janssen OFM. Lembaa pendidikan ini kemudian mengalami beberapa kali perubahan namanya, pertama pada tahun 1973, dari Akademi Teologi Katolik menjadi Sekolah Tinggi Teologi Katolik (STTK), tetapi kemudian diubah lagi menjadi Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur pada tahun 1984.
Tahun pertama akademiknya dimulai dengan dua belas mahasiswa, yang berasal dari tiga wilayah Keuskupan di Papua. Tujuan berdirinya pendidikan ini adalah untuk mendidik para petugas Gereja, baik awam (pria dan wanita), biarawan-biarawati maupun rohaniwan, baik untuk pelayanan Gereja terhadap masyarakat maupun pelayanan terhadap umat Katolik secara keseluruhan.
Dan 10 Oktober 2019, STFT Fajar Timur merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke-52 tahun. Usia yang terbilang matang dan dewasa. Satu hari sebelum perayaan puncaknya, seluruh civitas akademika STFT Fajar Timur mengikuti perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Ketua STFT Frajar Timur, Pastor Dr. Yanuarius Matopai You, Pr. Dalam homilinya, Pastor Yan mengajak semua keluarga besar STFT untuk bersyukur atas rahmat yang diterima selama ini.
Bersamaan dengan itu juga, ada pemberkatan Mouseleum Pastor Dr. Neles Kebadabi Tebay, Pr. Almarum adalah Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur yang meninggal pada April 2019 yang lalu.
Sebuah refleksi atas kehadiran STFT
STFT Fajar Timur menjadi duta damai bagi Gereja Universal pada umumnya dan Gereja Papua pada khususnya. Menjadi duta damai berarti siap diutus pergi ke seluruh dunia. Hal ini menjadi DNA dari setiap mereka yang menyelesaikan proses pendidikan pada lembaga ini. Belajar dari Yesus Sang pembawa damai. STFT sebagai lembaga pendidikan tinggi diharapkan mampu menunjang dan mengarahkan pembangunan untuk kemajuan lembaga–lembaga Gereja Katolik di Papua, khususnya di bidang moral, sosial, dan intelektual.
Allah adalah Kasih dan barang siapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Demikianlah kita mengetahui kasih Kristus, yaitu bahwa Dia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita. Oleh karena itu, kita sebagai pengikut Kristus mempunyai kewajiban untuk menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah, Sang Maha Kasih.
Kesaksian iman akan belas kasih merupakan dasar hidup untuk kita semua seperti yang diteladankan oleh St. Fransiskus dari Assisi. Segala sesuatu yang kita lakukan, di mana pun kita berada, hendaknya kita lakukan hanya untuk kemuliaan Tuhan dan untuk kebaikan sesama.
Belajar dari Yesus yang selalu dan senantiasa berbelas kasih, yang selalu memberikan inspirasi atau semangat kepada kita untuk terus maju mewartakan kasih itu. Paus Fransiskus pernah berkata: “Bangunlah dunia! Jadilah saksi dan bertindak dan hidup secara berbeda! Para mahasiswa STFT Fajar Timur harus menjadi agen yang dapat membangun dunia”. Seruan paus ini cukup menantang, khusunya bagi para mahasiswa STFT untuk berani bersaksi melalui tindakan nyata dalam mewartakan belas kasih bagi sesama.
Menurut refleksi penulis yang bertolak dari pengalaman pribadi dalam menjalani masa pendidikan di STFT, membagi kasih kepada sesama itu cukuplah sederhana yakni melaui kerasulan kehadiran dan seni mendengar. Menghadirkan diri di tengah umat yang begitu banyak, dengan berbagai latar belakang budaya, karakter adalah kunci untuk terus memajukan kasih itu. Selain itu membawa semangat hidup sebagai seorang anak-anak Tuhan.
Bagi penulis, kehadiran kita memang sangat dibutuhkan untuk suatu pengembangan iman umat yang kita layani, perwujudan semangat belaskasih, ambil bagian dalam semangat kasih yang pernah diwartakan oleh Yesus. Setiap orang Kristen dipanggil untuk mewartakan damai. Tentu damai yang dimaksudkan berasal dari Tuhan. Kita yang sudah dibaptis dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus mempunyai suatu kewajiban untuk melaksanakan tugas ini, dalam situasi apapun kita harus berani untuk mewartakan damai itu.
Kita harus berani keluar dari kenyaman hidup kita, keluar dari kebiasaan buruk kita, keluar dari rasa ego kita sehingga, kedamaian itu bisa dirasakan oleh setiap insan manusia. Penulis yakin ketika kita sungguh merasakan kedamaian itu, kita mampu untuk membagikannya kepada sesama yang lain. Dan untuk melakukan tugas itu membutuhkan komitmen, membutuhkan kesabaran, membutuhkan ketekunan dan membutuhkan Kasih Tuhan.
Percaya dan yakin Tuhan pasti membantu setiap niat baik kita untuk mewartakan damai. Dan itulah semangat yang diharapkan tumbuh oleh setiap kita yang pernah ada di lembaga ini. Selamat ulang Tahun STFT Fajar Timur yang ke-52 tahun.
Salam dan doa.
Oleh
Vredigando Engelberto Namsa OFM
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment